Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Money

Wajar Bila Toko Tradisional Tutup

13 November 2012   02:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:31 1839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Saat berdiskusi dengan putra saya kemarin, dia bertanya mengapa toko-toko retail moderen menyebar luas di mana-mana. Bagi saya, pertanyaan putra saya tersebut sederhana tetapi jawabannya bisa begitu panjang dan rumit. Memang saat ini sangat terasa, toko-toko tradisional yang dimiliki oleh oraang perseorangan, kalah oleh toko-toko retail moderen yang membentuk jaringan luas.

Sebagai contoh, di desa saya terdapat sekitar 7 toko tradisional skala kecil dan sebuah toko swalayan yang dikelola juga secara tradisional. Setelah adanya Alfamart, toko-toko tradisional tersebut mulai sepi. Bukan hanya sepi pembeli, tetapi juga barang-barang yang dijual mulai berkurang. Tidak terkecuali toko swalayan tradisional satu-satunya yang awalnya begitu ramai. Sedangkan Alfamart yang sudah berjalan lebih dari 6 bulan ini, laris manis dan selalu dipadati pembeli.

Mengapa Toko Retail Moderen Lebih Laris?

Masalah utamanya adalah pada model pengelolaan toko itu sendiri. Saat ini, toko retail moderen memang memiliki keunggulan dari segi pengelolaan dan kemasan daripada toko-toko tradisional. Saya mencoba melakukan analisis sederhana untuk melihat sejauh mana perbedaan pengelolaan dan kemasan antara toko retail moderen dan toko tradisional.


  1. Umumnya, masyarakat ingin berbelanja beberapa keperluan barang pada satu tempat saja, tanpa harus mencari-cari barang lain di toko yang berbeda. Toko retail moderen memiliki jumlah dan jenis barang yang relatif lebih lengkap daripada toko tradisional. Sehingga menjadi pilihan utama bagi mereka yang berbelanja.
  2. Ada kecenderungan kita lebih nyaman membeli barang tanpa menawar dan tanpa bertanya. Barang cukup dilihat harganya, bila cocok langsung masuk ke keranjang belanja. Pada toko swalayan, kenyamanan juga didapat dari melihat dan memilih barang tanpa harus merasa tidak nyaman dengan penjual. Bayangkan bila Anda datang ke toko tradisional, kemudian menanyakan beberapa harga barang dan terakhirnya tidak jadi membeli. Selain itu, terjadi pergeseran cara berbelanja masyarakat kita, dari membeli barang yang dibutuhkan, kepada membeli barang yang dilihat.
  3. Toko retail moderen terkesan bersih. Hal ini tidak lepas dari pengaturan dan perawatan barang yang memang pada toko retail moderen biasa dilakukan pengaturan ulang tata letak barang secara berkala. Pengaturan tata letak ini sekaligus juga berfungsi untuk membersihkan permukaan barang, karena skaligus dilakukan proses pengelapan barang. Sedangkan pengaturan tata letak barang juga mengacu pada 'Market Basket Analysis' untuk menentukan peletakan barang berdasarkan kecenderungan konsumen dalam berbelanja. Penataan lampu dan intensitas pencahayaan pada toko retail juga menjadi penting agar pengunjung menjadi nyaman.
  4. Toko retail moderen selalu mendapatkan pasokan barang secara berkala dengan menerapkan safety stock dan melakukan stock opname. Dengan demikian jumlah barang dan data barang akan selalu ter-update. Bila terjadi selisih jumlah barang atau kehilangan, akan menjadi tanggung jawab karyawan dengan cara potong gaji. Pada toko tradisional, pembelian barang mengandalkan mobil atau motor canvas yang datang tanpa mempertimbangkan safety stock.
  5. Pengelolaan keuangan pada tokot retail juga tertata rapi dengan membedakan modal, biaya dan keuntungan. Toko tradisional dengan pengelolaan kekeluargaan sulit untuk membedakan kantong kanan dan kantong kiri. Sehingga kadang kala modalnya habis karena barangnya dikonsumsi sendiri seperti yang terjadi pada toko nenek saya dulu waktu masih kecil, karena permen coklatnya sering saya makan sendiri.


Mungkin perlu peran pemerintah untuk memberikan berbagai pelatihan kepada pemiliki toko tradisional, agar toko-toko tradisional dapat mengelola usaha mereka lebih baik lagi dan pada akhirnya bisa bersaing dengan toko retail franchise yang lebih moderen. Bila tidak ada upgrade pengetahuan manajemen retail, rasanya wajar bila toko tradisional pada tutup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun