Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Upah dan Kreatifitas Anak

26 Agustus 2012   13:38 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:18 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat saya kecil dulu (sekolah dasar), ada beberapa cara agar bisa mendapatkan uang jajan tambahan selain dari orang tua, nenek-kakek, dan om-tante. Bila uang jajan didapat saat berangkat sekolah, namun uang jajan tambahan tersebut didapat dengan cara menjadi pesuruh atau tukang pijat. Nenek biasa meminta tolong membelikan kelapa atau daging di pasar. Sedangkan Kakek menyuruh saya untuk membelikan membelikan tembakau atau rokok kesukaannya, atau sekedar injak-injak punggung. Sedangkan Om atau Tante biasa menyuruh membelikan rujak atau makanan lainnya. Dari tugas khusus tersebutlah saya mendapatkan uang jajan tambahan yang lumayan. Namun sepertinya anak-anak jaman sekarang lumayan kreatif. Selain upah disuruh-suruh, uang kembalian, upah injak-injak dan pijat, baru saja saat sebelum tulisan ini dibuat, putri saya Dita kelas 4 SD, menawarkan diri untuk memainkan 6 buah lagu yang dia kuasai dengan pianikanya. Per lagu dia memasang tarif  Rp.500. Kebetulan dia sudah mahir memainkan lagu Yesterday, Indonesia Raya, Naik Kereta Api, Kodok Ngorek, dan 2 lagu lainnya.  Jadilah saya harus membayar Rp. 3.000 untuk 6 lagu yang dimainkannya. Khusus untuk Kodok Ngorek, dia memainkan 2 lagu dengan versi yang berbeda. Salahsatunya adalah hasil gubahannya dari lagu yang biasa dimainkan. Selesai memainkan lagu, saya memberinya selembar pecahan seribu dan selembar pecahan uang dua ribu rupiah. Dia girang mendapatkan upah dari memainkan pianikanya. Tetapi dia tidak mau disebut pengamen saat saya bilang, "ini upah hasil mengamenmu." Dia maunya disebut pemusik atau band saja. Ya sudah, saya ngalah saja dan menarik ucapan menyebutnya sebagai pengamen. Selesai menerima uang, dia langsung mengambil dompetnya dan menghitung total uang receh yang dia punya. Terakhirnya, uangnya kurang seribu rupiah untuk pas menjadi sepuluh ribu. Kembali dia menawarkan apakah saya butuh injak-injak atau tidak. Tarifnya, seribu rupiah untuk 10x injakan dari kaki ke punggung bolak balik. (Baca juga : Nikmatnya Pijatan Dua Wanita). Rupanya anak jaman sekarang lebih kreatif dalam mencari tambahan uang jajan. Oh ya, putri saya ini juga suka berdagang seperti yang saya tuliskan pada Pasar di dalam Kelas Anakku.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun