Putri saya bertanya mengapa saya tidak menggunakan cincin kawin. Pertanyaannya muncul setelah melihat tayangan pernikahan artis di televisi yang kemudian memamerkan cincin penikahan mereka. Sementara bapak dan ibunya tak pernah terlihat menggunakan cincin kawin. Saya menjawab kalau cincin kawin bapak dan ibu telah berubah menjad besi dan kain. [caption id="attachment_200354" align="aligncenter" width="465" caption="Cincin Kawin di Jari Manis (beritaunik.terbaruindo.com)"][/caption] Bagi sebagian orang, menggunakan cincin kawin merupakan sebuah kaharusan. Cincin kawin yang biasanya terbuat dari emas dengan bentuk polos, digunakan sebagai tanda apakah seseorang itu telah terikat tali perkawinan atau tidak. Penggunaan cincin polos sebagai tanda keterikatan, digunakan juga pada status pertunangan. Hanya bedanya kalau cincin kawin disematkan di jari manis tangan kanan, sedangkan pada pertunangan disematkan di jari manis tangan kiri. Terus terang saya juga belum pernah menemukan cincin kawin maupun pertunangan disematkan di jari jempol walaupun artinya "sip", apalagi disematkan di jari kelingking. Bisa-bisa makna pertunangan dan pernikahan bukan lagi "manis" tetapi malah remeh, karena dalam bahasa isyarat, jari kelingking dimaknai kecil dan remeh. Demikian juga dengan betuk cincin kawin dan cincin pertunangan. Saya belum pernah menemukan cincin kawin yang bentuknya rumit penuh hiasan. Apalagi cincin kawin pria yang dihiasi batu akik ala mbah dukun atau preman kampung yang dipakai untuk nonjok orang biar jontor. Paling sering berbentuk polos tanpa hiasan. Andaikata ada, paling-paling hanya sebutir berlian yang tidak begitu menonjol. Cincin kawin juga biasa digravier dengan nama pasangan hidupnya. [caption id="attachment_200360" align="aligncenter" width="600" caption="Cincin Kawin dari Batu Akik? Oh No....."]
Bahan cincin kawin juga lebih banyak terbuat dari emas 19-22%. Saat saya membeli cincin kawin, saya minta emas 24 karat, tetapi si penjual malah tertawa. Katanya emas 24 karat malah tidak bisa dipakai sebagai cincin karena lemes dan tidak kaku. Namun bagi mereka yang memegang ajaran Islam, biasanya tidak mau menggunakan cincin kawin terbuat dari bahan emas, karena hukumnya haram. Solusinya bisa menggantinya dengan mas putih atau platina yang saat ini juga ngetrend digunakan sebagai cincin kawin atau campurannya.  Tetapi mas putih, cukup susah dijual dan harga jual tidak sebaik saat membelinya. Apakah pria atau wanita yang tidak menggunakan cincin kawin dianggap tidak mau terikat pada pernikahan? Memang di beberapa film digambarkan, saat seorang pria bertemu gadis seksi yang akan digodanya, secara berlahan melepas cincin kawinnya dan menyimpannya di saku. Agar dia dianggap masih single dan bisa bebas untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Ah itu sih cuman di film. Saya kira enggak juga. Ada banyak hal mengapa seseorang melepas cincin kawinnya. Saya pribadi cukup alergi dengan segala jenis cincin. Kulit menjadi gatal dan kemerahan. Alasan yang pasti dan jawaban pertanyaan putri saya di bagian alenia awal mengapa saya tidak menggunakan cincin kawin, karena cincin perkawinan saya dan istri telah disulap menjadi besi teralis rumah dan gordennya. Saat itu kami bosan menjadi kontraktor (pekerjaan mengontrak rumah tinggal), maka kami memutuskan untuk membeli rumah BTN. Kami harus menguras  habis  tabungan untuk membayar uang muka rumah. Ketika rumah siap ditempati, istri saya tidak berani menempati, karena rumah belum ada teralis besi dan gorden penutup jendela. Akhirnya kami putuskan menjual cincin kawin kami berdua dan menyulapnya menjadi besi teralis dan gorden jendela. [caption id="attachment_200358" align="aligncenter" width="300" caption="Teralis Jendela (http://pagarteralisbesi.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H