Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Yang Saya Suka dan Benci dari Bandung

14 Juli 2012   02:21 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:58 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awal bulan lalu (29 Juni - 1 Juli) saya ditakdirkan untuk mengunjungi kembali Bandung dalamacara untuk sebuah acara Kontes Robot di Gedung Sabuga ITB. Padahal dulu Bandung cukup sering saya mengalami LDR (Long Distance Relationship) dengan mantan pacar saya yang sekarang sudah dan masih menjadi istri saya. Maklum, mantan pacar saya tersebut tinggal di belakang Pasar Induk Caringin. Pada saat liburan kuliah saya sempatkan apel ke Bandung, naik kereta kelas ekonomi dari Surabaya.Huh, ternyata cinta berat di ongkos. Di Bandung saya bisa 3-4 hari menginap di rumah calon mertua. beruntung calon mertua sangat baik. Saya disediakan paviliun berupa sebuah kamar yang terpisah dari rumah utama. Setiap hari disuruh jalan-jalan keliling Bandung untuk menikmati keramaian Kota Bandung, mulai dari alun-alun, Kebun Binatang, BIP (Bandung Indah Plaza), Gang Tamim, Pasar Baru, Lembang, Buahbatu, Cibaduyut, Cihampelas dan cici-cici lainnya. Hebatnya lagi, mertua juga memberi uang saku khusus untuk jalan-jalan, makan dan nonton. Mertua cukup pengertian dengan nasib anak kos seperti saya. Salahsatu tempat wajib yang harus saya kunjungi waktu itu adalah tempat fotocopy  Dunia Baru di jalan Tamansari yang menyediakan copy textbook. Biasanya saya beli 5 hingga 10 judul, pesanan dari teman-teman. Maklum, waktu itu internet masih susah dan terbatas, sehingga sumber pengetahun atau buku teks masih dalam bentuk hardcopy. Sedangkan sekarang, ada banyak situs yang menyediakan buku elektronik (ebook). [caption id="attachment_193957" align="aligncenter" width="600" caption="Otak-otak di BIP... lezatnya makchoi... (Dok.Pri)"][/caption] Sedangkan wisata kuliner di Bandung, Kebon Karet adalah tempat favorit. Selain aksesnya mudah dan makanannya enak-enak, harganya juga cukup murah. Siomay, empek-empek, es dawet Elizabeth dan pisang molen Kartikasari. Sedangkan kalau ke Pasar Baru, oleh-oleh yang wajib dibeli adalah sale pisang yang bikin rasanya makchoi (istilah saingan untuk maknyus).  Oh iya, jangan lupakan juga bubur ayam langganan di pintu masuk Stasiun Kereta Api yang selalu jadi langganan saat tiba pagi hari dengan kereta Mutiara Selatan. Saat putra pertama saya lahir di Rumah Sakit Immanuel Bandung, cukup lama juga tinggal dan pulang pergi Surabaya-Bandung, sampai akhirnya saya memboyong kembali istri dan putra saya kembali ke Surabaya. Hehehe... itu juga salahsatu kebaikan mertua yang mau dititipi saat istri  hamil besar hingga melahirkan. [caption id="attachment_193959" align="aligncenter" width="600" caption="Bandung gudang artis (Dok.Pri)"]

13422324671427034868
13422324671427034868
[/caption] [caption id="attachment_193958" align="aligncenter" width="600" caption="Bandung 1/7/2012 (Dok.Pri)"]
13422322451087502005
13422322451087502005
[/caption] [caption id="attachment_193961" align="aligncenter" width="600" caption="Pasar Baru Bandung Sekarang (Dok.pri)"]
1342233297569356669
1342233297569356669
[/caption] Nah, saat kemarin ke Bandung, udaranya yang dingin dan sejuk, air kran dan kamar mandi yang seperti air es. Gadis-gadis cantik dengan postur tinggi, kulit putih rambut hitam yang mirip artis. Semua masih sama seperti saat saya sering kunjungi dulu. Yang berbeda adalah tingkat kemacetan jalan di Banung yang semakin akut. Pasar Baru yang sekarang tampil modern, menjadi penyumbang kemacetan di sekitarnya. Bahkan Cihampelas yang dulu masih cukup nyaman, sekarang benar-benar mengalami ledakan kemacetan. Penyebabnya apalagi kalau bukan karena pedagang kaki lima yang meluber hingga ke jalan, dan bahu jalan yang dijadikan lahan parkir. Apalagi awal Juli kemarin, memang pas waktu liburan sekolah. Walau saya tidak suka dengan kemacetan Bandung, namun masih banyak hal yang saya suka dari Bandung. Terutama saat dipanggil Ujang, walaupun nama saya Choiron.  :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun