Mohon tunggu...
Choiron
Choiron Mohon Tunggu... Administrasi - Hidup seperti pohon. Menyerap sari makanan dan air dari mana saja, dan pada saatnya harus berbuah.

Hanya sebuah botol kosong...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elsa, Si Permata Hati

18 Juni 2012   08:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Elsa berhenti sejenak sambil menatap dengan mata nanar karena air matanya mulai tergenang di pelupuk matanya. Dia menarik nafasnya dalam-dalam mencoba untuk menghalau perasaan sedihnya.

"Jadi Bapak, Ibu. Walau kita kekurangan. Rasanya akan tetap Bapak, Ibu dan Elsa bahagia karena kita semua saling menyayangi. Elsa sayang sama Bapak juga sama Ibu. Elsa ingin kita menghadapi kekurangan ini tetap dengan perasaan bahagia karena Bapak dan Ibu tetap sabar dan saling menyayangi. Elsa sayang Bapak dan Ibu berdua...."

Tiba-tiba tubuh Elsa mulai gemetaran dan tubuhnya jatuh ke samping. Bapak dan Ibu Elsa yang tadi mendengarkan Elsa berbicara kaget saat melihat putri semata wayangnya terkulai lemas. Seketika si Bapak melompat meraih tubuh putrinya tersebut. Si Ibu menjerit keras saat dilihatnya darah yang berceceran di lantai. Rupanya kaki Elsa sobek terkena pecahan piring saat dia berusaha mendamaikan orang tuanya tadi.

"Maafkan Bunda Elsa..." jerit sang Ibu lirih sambil memegangi Elsa di jok belakang sepeda motor. Sedang sang Bapak sambil menyetir sepeda motor tuanya mencoba memacu sekencang mungkin ke sebuah klinik  satu-satunya di dekat kota kecamatan. Air matanya mengalir membasahi pipinya. Wajah marahnya tidak tampak lagi karena berganti dengan wajah sedih dan cemas.

---

"Di mana aku Bu?" tiba-tiba suara Elsa memecah keheningan ruang unit gawat darurat klinik. Mendengar suara Elsa, Si Ibu menjerit lirih, "Alhamdulillah kamu telah sadar nak...." Kita sekarang berada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan beberapa jam karena nyaris kehabisan darah. Kakimu luka cukup lebar terkena pecahan kaca.

Si Bapak yang semula duduk di luar ruangan, menghambur masuk saat mendengar suara Elsa dan istrinya. "Maafkan Bapak ya nak... maafkan Bapakmu ini.. sambil memeluk Elsa." Ibu Elsa yang berada di ranjang Elsapun tak kuasa menahan haru dan akhirnya turut memeluk Elsa. Anak-beranak itupun saling berpelukan beberapa saat.

"Ya sudah..., Bapak dan Ibu tidak boleh marah-marahan lagi ya. Walaupun kita orang susah, tetapi harus tetap bahagia karena kita saling menyayangi." Kedua orang tuanyapun menganggukkan kepala sambil tersenyum lembut. Tak ada lagi wajah garang yang ditampilkan seperti saat mereka marah tadi.

---

Elsa... Kau permata hati bagi kedua orang tuamu. Jadilah sumber kebahagiaan bagi mereka berdua dan orang di sekitarmu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun