Pada kesempatan berikutnya, Bu Risma menjelaskan kembali motivasinya menutup berbagai daerah lokalisasi di Surabaya. Saat 20 orang kyai datang dan meminta Bu Risma untuk menutup Dolly, Bu Risma menolak dengan alasan belum bisa memberi makan mereka bila mereka berhenti 'bekerja'. Selain itu, akan sulit mengontrol pelacuran bila tidak ada lokalisasi.
Ternyata beberapa waktu kemudian, Bu Risma seperti ditunjukkan banyak hal yang membuat dirinya memutuskan untuk menutup komplek pelacuran. Menurut Bu Risma, lokalisasi ternyata menjadi salah satu sebab adanya kasus trafficking. Bu Risma juga pernah menemukan siswa SMP yang menjual teman-temannya dan siswi SMP yang menjadi PSK belia dalam sebuah sesi konsultasi. Hal lain yang membuat Bu Risma semakin bertekad menutup lokalisasi adalah pertemuan beliau dengan seorang PSK lansia yang sudah berumur 60 tahun dan biasa melayani anak-anak SD dan SMP dengan bayaran seribu-dua ribu rupiah. Saya pernah tuliskan kisahnya dengan judul Bu Risma dan PSK kelas Seribuan.
Pada kesempatan tersebut, Bu Risma menampilkan beberapa rumah kreasi yang memberikan pendidikan dan pelatihan kepada PSK dan masyarakat terdampak yang berada di sekitar lokalisasi, dengan berbagai keterampilan membuka usaha, mulai dari membatik, laundry, pedagang keliling dan usaha mikro lainnya.
[caption id="attachment_316738" align="aligncenter" width="600" caption="Rencana Sistem Transportasi Massal Surabaya - Dok. Pemkot Surabaya"]
[caption id="attachment_316747" align="aligncenter" width="600" caption="Visualisasi Jalur Monorel - Dok Slide Pemkot Surabaya"]
Terkait sistem transportasi Surabaya, ternyata Pemkot Surabaya sudah memiliki rencana sistem transportasi massal dengan menggunakan angkutan pengumpan dan kereta listrik. Rencanya angkutan massal tersebut dibagi menjadi 2 jalur, yaitu dari Wonokromo (Surabaya Selatan) ke Tanjung Perak (Surabaya Utara) dengan menggunakan tram dan dari Keputih (Surabaya Timur) ke Lidah Kulon (Surabaya Barat) dengan menggunakan monorel. Hal ini dijelaskan oleh Bu Risma saat menjawab salah seorang penanya terkait pengembangan sistem transportasi Surabaya.
Melihat anggaran Surabaya untuk pendidikan dan kesehatan yang begitu besar, seorang kompasianer menanyakan apakah anggaran Pemkot Surabaya tidak akan  jebol alias kehabisan. Dengan sigap Bu Risma menjawab, "Kalau ngelola uang bener, ghak akan kurang." Rasanya jawab Bu Risma ada benarnya. PAD setiap daerah sebenarnya cukup untuk bisa mensejahterakan masyarakat dan membangun kotanya, bila keuangan dikelola dengan benar dengan menekan tingkat kebocoran karena pemborosan anggaran yang tidak perlu dan menghilangkan korupsi.
Kejadian yang Menegangkan
Ada 2 kejadian yang cukup menegangkan saat sesi tanya jawab, karena Bu Risma tampak begitu marah dan membuat saya yang duduk di depan, turut merasakan energi kemarahan Bu Risma. Hal ini dipicu oleh pertanyaan seorang koordinator bonek yang mempertanyakan janji Bu Risma terkait pelarangan pertandingan. Sepertinya si penanya adalah koordinator bonek dari kubu Persebaya 1927 yang menjadi lawan dari kubu Persebaya yang diakui PSSI saat ini. Bu Risma yang mendengar pertanyaan dan pernyataan koordinator bonek ini marah besar dan dengan suara keras menjawab pernyataan si koordinator bonek. Ternyata selama ini Bu Risma mengurusi Persebaya, bonek dan dampak konflik yang ada dengan uang pribadinya. Bu Risma menegaskan bila beliau tidak punya wewenang untuk mengurusi dan memutuskan konflik yang ada di tubuh Persebaya. Bahkan Bu Risma ternyata pernah dihujat dan dicaci maki saat mempertemukan kedua kubu di sebuah rumah makan untuk didamaikan. "Semua anak saya. Sebagai pemimpin saya harus adi," kata Bu Risma terkait posisi beliau yang tidak ingin memihak salah satu kubu yang berkonflik.
Kemarahan kedua Bu Risma dipicu oleh pengaduan seorang penanya yang menceritakan hambatan birokrasi saat akan mengadakan kegiatan, bertemu dan mengundang Bu Risma. Bu Risma sontak marah saat disebut-sebut terkait dengan uang dan keengganan Bu Risma untuk duduk lesehan bila diundang. Saat itu juga Bu Risma menegaskan akan mengusut stafnya terkait dengan apa yang disampaikan si penanya. Bu Risma siap menindak tegas apabila terbukti bersalah dan si penanya diminta untuk menjadi saksi bila ada pemeriksaan oleh inspektorat.
Secara keseluruhan, acara MODIS bersama Bu Risma sangat asyik dan saya acungi jempol 2 untuk panitia, admin Kompasiana dan tentu saja Bu Risma, yang telah bersedia hadir untuk berdiskusi dengan para kompasianer. Dua ketegangan yang terjadi, menunjukkan bahwa Bu Risma adalah pemimpin yang responsif dan cepat tanggap pada setiap permasalahan yang timbul. Hal tersebut juga semakin menguatkan persepsi bahwa beliau adalah pemimpin yang tegas dan selalu berusaha bersikap adil.