[caption id="attachment_343571" align="aligncenter" width="600" caption="Meteran Gas PGN - Gambar dari @Ipunk"]
Dari hasil wawancara penulis dengan beberapa 3 teman pengguna tabung gas elpiji 12kg, rata-rata penggunaan per tabung bisa hingga 2.5 - 3 bulan aktif untuk memasak untuk keluarga sebanyak 3-4 orang. Itu berarti, biaya yang dikeluarkan per bulan untuk elpiji per bulan sekitar Rp. 30 ribu hingga 40 ribu rupiah. Penggunaan elpiji juga tergantung jenis kompor hemat elpiji atau bukan. Jadi bila harga elpiji 12kg naik hingga Rp.180 ribu, berarti biaya belanja gas elpiji perbulan sekitar Rp.60 ribu per bulan. Untuk kalangan kelas menengah dan bawah dengan pendapatan minimal Rp. 2 juta per bulan, biaya tersebut masih cukup terjangkau. Sedangkan untuk kelas bawah yang penghasilannya di bawah Rp. 2 juta, biasanya meeka akan menggunakan elpiji tabung 3kg yang masih disubsidi pemerintah. Namun, disparitas harga antara elpiji 3kg dan 12kg cukup jauh, kembali lagi akan memicu munculnya oknum-oknum nakal yang akan membajak elpiji 3kg dan menjualnya dalam kemasan 12kg.
5. Penutup: Pertamina dan PGN
Saat saya dan beberapa teman berdiskusi tentang rencana kenaikan gas Pertamina, seorang teman menertawakan keresahan kami pengguna gas elpiji Pertamina yang selalu dibuat resah dengan kenaikan berkala. Ternyata, teman saya tersebut di kompleks perumahannya menggunakan gas berlangganan dari PGN atau Perusahaan Gas Negara yang langsung terhubung melalui pipa ke rumah-rumah.  Menurutnya, selain praktis karena tidak perlu  mengagangkat tabung gas, biaya bulanannya tergolong murah. Rata-rata biaya pemakaiannya sekitar Rp. 32 ribu saja per bulan. Saya jadi berharap, andai semua masyarakat terlayani kebutuhan gas rumah tangganya dengan model berlangganan PGN ini. Mengapa gas PGN lebih murah daripada gas Pertamina? Selain karena adanya biaya distribusi atau pengangkutan tabung, PGN ternyata menerapkan subsidi silang antara pelanggan industri dengan pelanggan rumah tangga.
Ternyata selama ini PGN selama ini lebih banyak melayani kebutuhan gas untuk industri daripada rumah tangga. Bahkan sebenarnya, PGN sendiri berencana memperluas area pelanggan yang saat ini hanya sekitar 90 ribu di seluruh Indonesia, dari 1 juta pelanggan. Alasan utamanya adalah karena mahalnya biaya membangun infrastruktur jaringan pipa gas [13]. Memang, biaya pendaftaran langganan PGN masih cukup mahal. Seorang teman yang tinggal di Bantarjati - Warung Jambu Bogor menyebutkan angka 2 juta rupiah untuk biaya berlangganan. Itupun harus antri hingga 2 tahun, hingga akhirnya dapat menikamti gas alam secara berlangganan. Sedangkan seorang teman di Deltasari Sidoarjo menyebutkan biaya instalasi awalnya sekitar 1 juta rupiah beberapa tahun lalu.
Andai Pemerintah memprioritaskan pembangunan infrastruktur gas berlangganan, tentu PGN akan dapat melayani masyarakat dengan lebih luas lagi. Selain itu, pasti beban Pertaminan untuk menyediakan gas elpiji dalam tabung akan berkurang. Masyarakat juga akan dapat menikmati gas dengan harga murah, aman dan praktis, tanpa harus menggotong-gotong tabung gas yang begitu berat dan beresiko. Pemerintah juga diharap memberikan subsidi biaya pemasangan awal, atau minimal dalam bentuk pinjaman untuk dicicil dalam waktu 1 tahun, sehingga biaya pemasangannnya bisa terjangkau. PGN juga bisa mencontoh PLN yang menerapkan kerjasama dengan pihak ketiga dalam melaksanakan instalasi sambungan baru dengan biaya terjangkau.
Bagaimana dengan gas berlangganan ala PGN? Anda mau?
REFERENSI
[3] http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Negara-Negara_Pengekspor_Minyak_Bumi