Mohon tunggu...
Chofifah WardatulJannah
Chofifah WardatulJannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

:))

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuatnya Stigma Patriarki di Dalam Keluarga

15 Januari 2022   09:15 Diperbarui: 15 Januari 2022   09:19 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kaum perempuan yang sudah memiliki karir dan memutuskan untuk menikah pasti ada rasa kuatir bukan kuatir karena tidak ada biaya untuk hidup atau juga dijodohkan orang tua tetapi mereka kaum perempuan yang memiliki aktivitas takut kegiatan yang dilakukannya akan dibatasi oleh suaminya. 

Stigma patriarki ini sudah dimulai dari dalam rumah sejak masih anak-anak sudah diajarkan bahwa kaum laki-laki menjadi maskulin dan kaum perempuan menjadi feminism. 

Didalam keluarga bukan sebagai tempat pemasungan bagi kaum perempuan bukan sebagai tempat suami yang bisa menguasai seorang istri. Bukan juga tempat suami yang bisa seenaknya untuk mengontrol dan mendominasi seorang istri juga bukan tempat untuk mengeksploitasi kaum perempuan. 

Tetapi keluarga yang seharusnya sebagai tempat untuk mendukung dan menghargai satu sama lain, tidak ada yang mengkuasai dan dikuasai. Pernikahan yang seharusnya diisi dengan kasih sayang tentu saja harus saling menghargai satu sama lain.

Pekerjaan domestic yang ada di dalam keluarga harusnya bisa dibagi tugas tetapi dalam hal prakteknya cenderung perempuan yang banyak mengambil tugasnya. Jika ada kaum laki-laki yang mengerjakan pekerjaan domestic akan mendapatkan cibiran bisa juga bullian dari masyarakat sekitar. 

Bisa juga suami akan mendapatkan sebuaan iakatan suami yang takut akan istri, sementara dari pihak perempuan akan mendapatakn gunjingan sebagai  seorang istri yang tidak berbakti kepada suami yang membiarkan suami melakuakn pekerjaan domestic. 

Padahal kaum laki-laki baik itu suami atau anak laki-laki yang ikut membatu untuk mengerjakan tugas domestic justru akan sangat membantu satu sama lain dan kerja sama yang baik. 

Pembagian peran gender sangat dibuthkan agar menjaga keseimbangan di dalam keluarga dalam menjalankan fungsinya untuk terbentuknya tujuan keluarga.

Stigma tentang patriarki ini sering menjadi penyebab dalam kerusakan berumah tangga. Budaya ini bisa dihilangkan dimulai dari dalam rumah sebagai seorang suami dan istri harus bekerja sama berkomunikasi dengan baik mengenai budaya patriarki ini saling menghargai sesame pasangan maka stigma ini bisa dihilangkan secara perlahan. 

Pada rumah tangga orang tua seharusnya mengajarkan kepada anaknya mulai kecil tentang tugas antara laki-laki dan perempuan itu sama. Untuk memecahkan budaya patriarki ini kaum perempuan harus mempunyai keberanian, kaum perempuan harus berani untuk bersuara tentang kesetaraan gender ini. 

Kaum perempuan juga harus bisa menghancurkan budaya ini dan mensosialisasikan kepada orang terdekat mereka seperti orang tua dan keluarga terdekat, dengan mencoba edukasi seperti ini dari dalam rumah bisa menghasilkan pemahaman yang baik dan bisa mewujudkan generasi yang bisa menghargai kesetaraan gender.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun