Mohon tunggu...
Dinda Rahmawati
Dinda Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Syubbanul Wathon

Hobi saya adalah menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Stigma Buruk Masyarakat Terkait Orang dengan Penyakit Mental

24 Desember 2022   18:38 Diperbarui: 24 Desember 2022   18:37 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan mental membuat banyak yang berpendapat bahwa penyakit mental merupakan hal yang ringan. Masih banyak masyarakat yang berpendapat bahwa orang yang memiliki penyakit mental disebabkan karena kurangnya bersyukur. Padahal setiap manusia pasti memiliki suatu masalah dan tidak dapat lepas dari hal itu. Seperti halnya masalah, setiap manusia juga pasti pernah mengalami stress yang disebabkan oleh masalah besar atau kecil yang terjadi di hidupnya dan stress tersebut merupakan hal yang normal. Beberapa ciri stress yang bisa kita lihat pada diri sendiri maupun orang lain adalah;
Gejala Stress pada Pikiran;
Gejala ini seperti mudah lupa, sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan, berpikir negatif.
Gejala Stress pada Perasaan
Gejala ini seperti mudah merasa marah, mudah tersinggung, mudah merasa sedih, mudah merasa cemas.
Gejala Stress pada Tubuh
Gejala ini seperti sakit kepala atau migrain. Otot lehet/bahu terasa tegang, mudah merasa lelah, mudah jatuh sakit, asam lambung naik.
Gejala Stress pada Perilaku
Perilaku tersebut seperti berbicara dengan intonasi tingio, mudah menangis, insomnia, perubahan pola makan.
Segala respon kita dalam menghadapi stress tersebut akan membentuk keadaan kita saat ini, seperti menjadi lebih tangguh, pesimis, rapuh, atau malah terpuruk. Setiap orang pasti memiliki toleransi stress yang berbeda, ada yang mudah melalui hal tersebut ada juga orang yang terpuruk dan sulit untuk bangkit kembali. Stress yang berkepanjangan dan semakin memburuk akan menyebabkan munculnya penyakit lain seperti depresi.
Masyarakat seharusnya tidak mendiskriminasi sakit secara mental dengan sakit secara fisik. Karena, maksud dari sakit mental disini adalah ketika kita tidak bisa berfungsi secara optimal sebagai manusia, seperti merasa sedih, merasa terpuruk, atau sedang merasa lelah padahal tidak melakukan hal berat apapun. Seperi halnya ketika kita flu, akan sulit bernafas melalui hidung atau ketika kita sedang vertigo, kita akan merasa tidak mampu untuk hanya sekadar berjalan. Orang-orang pasti akan memeklumi kita karena sakit fisik yang sedang kita alami. Akan tetapi jika kita berkata bahwa kita sedang mengalami depresi atau mental illness, orang-orang pasti akan acuh atau menganggap kita terlalu berlebihan. Orang-orang juga akan menganggap bahwa depresi hanyalah stress berlebih yang dialami oleh seseorang yang bermental lemah.
Depresi merupakan penyakit yang nyata dan biasa disebut dengan mental illness. Depresi merupakaan saat dimana seseorang merasa bahwa dirinya tidak berguna dan selalu merasaakan sedih dan rasa bersalah hingga hilangnya nafsu makan. Seseorang dapat memiliki depresi karena hal yang sudah terjadi satu bulan lalu, tiga tahun yang lalu, atau bahkan sepuluh tahun yang lalu dan hal yang menyebabkan depresi itu terjadi bisa karena hal berat atau hal sederhana yang dialami oleh seseorang namun karena stress atau oerthinking yang berlebihan dapat menyebabkan depresi tersebut. Hal yang menjadi permasalahan disini adalah bukan hanya seberapa sederhana pemicu depresi tersebut, karena depresi merupakan keadaan saat kita tidak dapat mengendalikan pikiran dan perasaan kita. Semua kejadian kelam yang pernah kita alami terkadang tiba-tiba muncul kembali dan membuat kita tanpa sadar mencari berbagai penyebab dengan mengakses kembali kenangan-kenangan pahit yang pernah terjadi. Hal itu membuat kita tanpa sadar menyalahkan diri sendiri dan menganggap semua kenangan pahit tersebut dikarenakan kesalahan kita.
Kesedihan merupakan sebagian kecil dari depresi dan pada umumnya orang yang menederita depresi tidak merasakan sedih sama sekali. Depresi memliki gejala-gejala sebagai berikut;
Selalu merasa sedih, kosong, kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang biasanya dilakukan, hilang harapan (Depressed Mood). Orang yang mengalami depresi merasakan hal tersebut hampir setiap hari.
Mengalami penurunan atau kenaikan berat badan yang signifikan dan juga mengalami penurunan atau peningkatan nafsu makan hampir setiap hari.
Mengalami insomnia (sulit tidur) atau hipersomnia (tidur berlebihan) hampir setiap hari.
Selalu merasa kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari atau selalu merasa bahwa energinya cepat terkuras walaupun tidak melakukan kegiatan yang berat.
Merasa bahwa dirinya tidak berharga atau selalu merasa bersalah.
Berkurangnya kemampuan untuk berpikir, berkonsentrasi, atau sulit untuk mengambil keputusan.
Psikomotor lamban (berbicara lamban, volume suara rendah, gerakan melamban, dll) atau selalu menunjukkan kegelisahan seperti; mondar-mandir, tidak bisa duduk diam, tidak merasakan ketenangan, meremas-remas tangan, mengigiti kuku jari, dll.
Selalu memiliki pikiran tentang kematian, ide untuk bunuh diri yang terus berulang tanpa rencana khusus, atau memiliki rencana untuk melakukan bunuh diri atau hanya sekadar keinginan yang pasif untuk tidak terbangun dari tidur di pagi hari, dan memiiki keyakinan bahwa orang disekitarnya akan merasa lebih baik tanpa dirinya.
Terdapat tiga kata yang dapat menggambarkan perasaan dan isi pikiran seseorang yang mengalami depresi yaitu; worthless, hopeless, helpless. Seseorang yang sedang mengalami depresi akan merasa bahwa merela merasa sebagai manusia yang tidak berharga bagi siapapun termasuk teman dan juga keluarganya, biasanya mereka akan selalu mengingat kejadian-kejadian di mana meraka selalu merepotkan dan menjadi beban bagi orang lain. Saat seseorang mengalami depresi, mereka hanya dapat melihat sisi-sisi gelap dalam hidup dan juga kenangan yang pahit. Oleh karena itu, orang-orang yang sedang menderita depresi tidak mampu berpikir dengan jernih, sulit tidur (insomnia), dan akan selalu merasa kelelahan karena pikiran mereka selalu dipenuhi dengan hal-hal yang negatif. Dan karena hal tersebut juga, terkadang membuat kematian menjadi sebuah pikiran yang menenangkan bagi mereka karena mereka tidak perlu lagi merasakan tiga perasaan kelam tersebut.
Gejala yang paling membahayakan untuk seseorang yang sedang mengalami adalah selalu memiliki pikiran untuk bunuh diri (suicide thought) dan melakukan percobaan bunuh diri (suicide attempt). Seseorang yang mengalami depresi juga rentan untuk melakukan self harm (melukai diri sendiri) seperti; mengoreskan benda tajam ke bagian tubuh sampai berdarah, membeturkan kepala ke tembok, menampar diri sendiri dan lain sebagainya. Biasanya mereka akan melakukan hal tersebut sampai mereka merasakan kepuasan tersendiri. Mereka yang melakukan self harm tersebut bukan bermaksud untuk mencari perhatian, akan tetapi itu merupakan sebuah tanda bahwa mereka tidak lagi kuat untuk menahan beban yang selama ini sudah dipendamnya. Rasa sakit yang mereka rasakan, mereka pindahkan ke fisik dengan cara menyayat atau melukai diri sendiri, karena dengan melakukan tindakan ini, mereka dapat lari sejenak dari segala perasaan sakit dan juga memori pahit yang menyerang.
Depresi sangat berbeda dari sedih biasa. Seseorang yang menderita depresi pasti tidak ingin merasakan hal tersebut. Kita harus menjadi lebih peka dengan orang disekitar kita, jika ada diantara teman atau saudara yang terlihat mengalami gejala tersebut atau bahkan diri kita sendiri mengalami gejala tersebut harus segera menemui ahli profesional (psikolog). Depresi merupakan penyakit yang nyata dan dapat menyerang siapa saja baik itu orang tua, dewasa, ataupun remaja. Kita tidak boleh dengan mudahnya menjudgemental seseorang yang mengalami depresi dan mengatakan bahwa mereka bermental lemah. Karena setiap orang pasti memiliki masalahnya masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun