Dia gadis yang gila belanja, sembrono, impulsif, suka membual bahkan untuk hal-hal kecil, penggugup, tapi bagus dalam pekerjaannya, simpatik, murah hati, lugu, dan tak suka mendendam.Â
Suze, sosok sahabat yang pengertian dan betul-betul less judging. Luke Brandon, pacar yang awalnya kelihatan tidak betul-betul cinta dan hanya gila kerja tapi ternyata hanya ingin membuktikan bahwa dirinya mampu di depan ibu kandungnya. Semua karakter dibuat realistis. Tak ada yang betul-betul jahat, hanya menyebalkan dalam porsi yang memiliki alasan.
Bicara tentang karakter para tokoh, tentunya yang paling menarik adalah Rebecca, sang protagonis. Kegilaannya belanja ini mirip penimbun. Dia tak pernah membuang apa pun. Tapi bukan karena Becky sama sekali tak logis.Â
Menurut saya, ini justru karena dia sangat logis---berlebihan---sampai dia mampu menciptakan alasan yang menurutnya masuk akal untuk membeli apa pun yang sebenarnya tidak dibutuhkannya. Investasi karier---begitu dia sering membuat alasan. Dan jujur, sebagai perempuan rasanya saya juga pernah lebih ingin membeli dua barang yang saya suka daripada nantinya menyesal. Hanya saja, untuk kasus Becky, benar-benar sudah kelewatan.
Meski demikian, Becky sangat baik di sisi lain. Bayangkan! Demi mendukung karier temannya, dia diam-diam membeli seluruh karya temannya dan akhirnya terlilit utang.Â
Memang kedengaran lucu. Alurnya berjalan soft sampai kadang saya tidak sadar sudah dibawa sejauh apa karena memang menyenangkan sekali mengikuti kisah Becky ini. Tak jarang saya tertawa karena tingkah menyebalkannya yang polos.
Omong-omong genrenya chicklit. Ringan dan menghibur dengan pesan-pesan kehidupan yang terselip di tempat yang pas.Â
Saya rekomendasikan novel ini untuk menemani akhir pekanmu.