Mohon tunggu...
Nindya Chitra
Nindya Chitra Mohon Tunggu... Novelis - Pengarang dan Editor Paruh Waktu

Hubungi saya di Instagram atau Twitter @chitradyaries

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Memoar dari Perempuan yang Sudah Mati

12 Mei 2020   11:52 Diperbarui: 12 Mei 2020   12:22 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: @chitradyaries20

Apa semua ini memang salahnya?

 "Semua hal buruk itu akan berlalu, Tuhan punya rencana baik untuk kita semua."

Memoar Marla hal. 325

 Di Instagram saya pernah menyinggung,  pernah membaca Memoar Marla di Gramedia Digital sebelum membaca versi cetaknya. Senang bisa menepati janji untuk menulis lebih panjang tentang novel ini. Setelah menyelesaikan halaman terakhir versi cetaknya, saya mendapat kesan yang lebih baik dibanding ketika membaca via layar dulu. 

Kebetulan baru kemarin saya selesai membaca---setelah sekian lama menangguhkannya. Saya bisa mengerti rasa bersalah Claudia dengan lebih baik, mendengar kisah Marla dengan lebih baik, dan menikmati kisah cinta antarsahabat yang terjalin seutuhnya sebagai penikmat---dan sungguh, itu lebih menyenangkan.

Novel ini mengambil premis yang masih jarang tapi belakangan mulai banyak diolah: bunuh diri, kesehatan mental, perundungan, self love; di samping tema dasar yang umum yaitu kisah cinta segitiga juga sahabat jadi cinta. 

Dalam format memoar dan penuturan sudut pandang orang pertama---pembaca diajak memahami psikologi dari dua gadis yang dulunya pernah menjalani masa SMA di tempat yang sama. 

Gadis pertama dengan segala kisah bersama dua sahabat lelaki tampan yang tak pernah jauh dari sisinya. Gadis kedua dengan segudang masalah yang membuatnya insekyur dan akhirnya memilih mengakhiri hidupnya.

Dari membaca blurb, pembaca akan langsung disuguhi premis utama itu. Pembukanya juga menegaskan demikian. Lalu kita akan membaca sepotong demi sepotong buku harian gadis yang sudah mati di hari terakhir menjadi siswa SMA---malam prom. 

Kita diajak memahami mengapa seseorang memilih tindakan senekat itu untuk mengakhiri penderitaan, dan di sisi lain, mengerti seperti apa hidup berjalan setelah satu orang memilih pergi. Duka keluarga dan orang-orang terdekat. Juga mereka yang merasa bertanggung jawab atas keputusan final tersebut.

Penulis punya gaya bercerita yang mengalir. Pada awalnya memang akan terasa kurang nyaman karena narator terlalu tumpah dan sering mengulang-ulang informasi. Tapi mulai pertengahan ke akhir, penuturannya sudah lebih nyaman diikuti---membuat saya menyelesaikan bagian-bagian ini hanya dalam beberapa kali duduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun