"Waktu adalah emas, tapi waktu yang telah hilang tidak bisa dibeli dengan emas."
-Konfusius
Â
"Hidup yang berharga adalah hidup yang menghidupkan orang lain."
-Albert Einstein
Â
"Tidak ada yang bisa kita lakukan terhadap 'panjang' dan 'lebar' usia. Tapi banyak yang bisa kita lakukan terhadap 'tinggi' dan 'volumenya'."
-Zig Ziglar
Â
"Hal terbaik dalam hidup ini adalah yang ada di sekitar kita: udara di hidungmu, cahaya di matamu, bunga di kakimu, pekerjaan di tanganmu, jalan di bawah kakimu."
-Robert L Stevenson
Kali ini aku mau cerita tentang perkenalanku dengan sebuah platform menulis. Pasti kenal wattpad, dong?
Aku masuk wattpad di tengah-tengah suasana hype ketika novel Dear Nathan baru akan dibukukan. Waktu itu masih belum banyak novel dari platform wattpad yang berhasil menembus mayor dan punya penggemar sekian banyak. Dear Nathan mungkin bukan pelopor, tapi berkat novel itu, banyak penerbit berlomba-lomba menggaet novel-novel dengan label telah dibaca sekian juta kali, dan bisa dibilang, saat ini pasar buku kita masih dirajai jenis novel-novel seperti itu. Bahkan, penerbit sekarang ada yang terang-terangan menargetkan massa pembaca sebagai tolok ukur penerimaan sebuah naskah. Karena memang, yang sudah punya nama akan lebih mudah mereka pasarkan.
Namun, di tengah kemajuan itu, novel-novel jebolan wattpad banyak dipandang sebelah mata. Terutama oleh pembaca kritis (baca: pembaca di luar wattpad). Banyak yang mencap novel wattpad kurang kreatif, hanya mengandalkan jumlah pembaca, konflik pasaran, bahkan mengandalkan konten pornografi demi mendongkrak angka viewers. Intinya, minim kualitas. Sementara dari sisi penulis, tiba-tiba profesi penulis ini jadi agak bergengsi. Persaingan di dunia orange makin ketat. Setiap kali ada tulisan dengan pembaca jutaan, tiba-tiba langsung ada keterangan SEGERA TERBIT. Tiap orang yang suka menulis berharap dapat rezeki nomplok bisa dilirik penerbit lalu bisa difilmkan, karena ternyata bukan industri buku saja yang kena virus pembaca jutaan ini. Industri film juga nggak mau ketinggalan.
Aku membuat akun wattpad bulan April 2016 tapi baru aktif kugunakan Juli 2016. Jelas ketinggalan jauh dibanding penulis-penulis terkenal sekarang. Kalau kalian tanya, apa aku kepingin kayak Erisca Febriani atau Wulanfadi, jelas kepingin banget, lah. Tapi penginnya dalam arti positif, lho. Pas awal-awal punya akun dulu, mereka membuatku termotivasi untuk terus berusaha. Menemukan platform wattpad, buatku sebuah keberuntungan. Gimana enggak? Dulu aku lebih aktif nulis di blog dan nggak pernah punya teman penulis. Ketika berhasil menyelesaikan sebuah karya, aku sampai ngejar-ngejar temanku yang suka baca novel untuk kasih pendapat tentang karyaku. Sekarang ada wattpad yang isinya mayoritas penggemar fiksi, pembaca-pembacanya pun banyak yang loyal.
Waktu masih pemula, aku rajin banget belajar dan update cerita. Aku bisa update sepuluh bab dalam waktu tiga hari. Bayangkan aja seperti apa kualitas tulisannya. Tapi yang penting aku melakukannya dengan senang hati dan semangat. Rajin nemplok sana-sini juga untuk nyari grup kepenulisan. Grup pertama berbasis wattpad yang kumasuki waktu itu---yang kebetulan juga diikuti salah satu temanku---hanya bertahan satu bulan. Aku keluar karena merasa nggak mendapatkan apa yang kumau. Berbekal ketidakpuasan itu, selang beberapa bulan, aku membangun sendiri grup kepenulisan, yang bertahan satu tahun sebelum akhirnya kami memutuskan untuk bubar. Setahun belakangan ini aku nggak mengikuti grup apa-apa dan fokus belajar. Sampai kemudian ketemu Sahabat Laditri dan sekarang aku sedang berusaha masuk TheWWG. Kalau disingkat, ya sesingkat itu. Tapi padahal, lika-liku selama beberapa tahun belakangan ini benar-benar berpengaruh sama karier nulisku.
Waktu itu aku masih ngurus grup ketika Lunar Eclipse dapat tawaran terbit dari Elex Media. Padahal, followers-ku masih sedikit, pembacaku juga bisa dibilang seupil. Aku merasa kalah saing jauh banget dibanding penulis-penulis lain. Tapi akhirnya novel aku tetap terbit, dan boleh lah aku senang sedikit karena akhirnya cita-citaku buat masuk toko buku tercapai. Nah, tapi perjuangan ternyata nggak selesai sampai situ. Tanggung jawab jadi makin besar.
Ketika kamu mulai merambah dunia literasi dan mulai dikenal, pelan-pelan kamu akan jadi seorang publik figur. Kata-kata yang kamu ucapkan atau tuliskan akan jadi penentu bagaimana cara orang memandangmu. Itu konsekuensi. Dan segala tindakan kamu, karya-karya apa yang kamu telurkan, akan menentukan apa kamu istimewa dan punya tempat di masyarakat.
Lalu, bagaimana sekarang?
Aku masih aktif di wattpad, tapi nggak segila dulu. Aku sadar untuk lebih memperhatikan kualitas, karena sekarang aku punya kuncinya. Apa kuncinya? Tembus ke mayor. Sekarang, bisa dibilang, apa pun yang aku tulis, bisa terbit. Tapi tugasku bukan hanya menulis sebaik mungkin, tapi juga membuat BANYAK PUBLIK membacanya. Tulislah dan pastikan BEST SELLER.
Kenapa demikian?
Karena pasar kita sekarang---seperti yang sebelumnya kusinggung---lebih menyukai yang hits daripada yang bagus. Tapi kamu nggak boleh jadi penulis yang hanya ingin hits tanpa jadi bagus. Jadilah bagus, lama-lama kamu akan hits juga.
Belajar dari pengalamanku, aku pengin kamu tahu kalau publikasi itu penting. Apresiasi dari orang lain akan membuat kamu merasa dihargai. Tapi, minim dukungan bukan alasan untuk menyerah. Ada atau nggak ada dukungan, tetap lakukan. Suatu saat, pasti datang padamu, dukungan sebanyak air bah, sebanyak usaha yang telah kamu upayakan.Â
Sebelum gabung di wattpad, aku memang sudah punya cita-cita untuk menerbitkan buku. Tapi wattpad, dengan atmosfer yang tepat, membantuku secara aktif dan nyata mewujudkan mimpi itu.
Nah, bagaimana dengan kamu? Punya cerita berkesan juga tentang platform ini?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI