Mohon tunggu...
CHITRA DEWI ARUMI
CHITRA DEWI ARUMI Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

I write whatever comes to my mind.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mumi yang Hidup Kembali

19 Februari 2023   14:24 Diperbarui: 19 Februari 2023   14:46 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bangsa Mesir kuno punya tradisi mengawetkan raja-raja Mesir yang meninggal dunia. Caranya, tubuh raja yang wafat dibalsem dengan getah pohon pinus, lilin lebah, dan minyak. 

Getah pohon pinus mencegah bakteri menghancurkan tubuh yang diawetkan. Lilin lebah dan minyak melapisi tubuh agar tetap kering dan tidak terkena air. 

Mumi tersebut lalu disimpan di dalam malam berbentuk piramida. Mumi bangsa Mesir kuno dapat awet selama 5000 tahun. Mengapa bangsa Mesir kuno membuat mumi? Karena bangsa Mesir percaya manusia yang mati dapat hidup kembali jika bentuk fisiknya masih utuh. 

Piramida berisi makam raja-raja tersebut sering dirampok karena makam tersebut berisi banyak harta. Emas, perak, dan benda berharga lainnya. Pada tahun 1922, ditemukan piramida yang masih utuh. Piramida tersebut berisi mumi Raja Tutankhamun atau Raja Tut. Selain berisi mumi Raja Tut, piramida itu berisi panah, kursi, emas, perak, dan 130 tongkat. 

Sampai sekarang ilmuwan memiliki 16 mumi dari Mesir. Ilmuwan meneliti seluruh mumi untuk mengetahui kehidupan raja-raja Mesir. Salah satu cara yang dipakai untuk meneliti mumi adalah uji DNA. Uji DNA dipakai untuk mengetahui gen makhluk hidup, gen membawa sifat makhluk hidup. Gen juga dapat bercerita apa yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Nah, ilmuwan mengambil sel tulang mumi untuk diuji DNA. 

Berkat uji DNA, kini mumi Mesir hidup kembali. Apakah mumi bangkit, berjalan, dan berbicara? Tentu saja, tidak! Mumi Mesir hanya bercerita tentang kehidupannya melalui gen mereka. 

Raja Tutankhamun atau Raja Tut masih anak-anak saat menjadi seorang Raja. Ternyata, Raja Tut sering sakit-sakitan. Tubuhnya rapuh, tulang kakinya terbuka dan luka tulang itu sulit sembuh. Karena darah Raja Tut tidak dapat menghasilkan zat penyembuh luka tulang. Raja Tut harus berjalan dengan tongkat atau dipapah orang lain. Sepanjang hidupnya, Raja Tut memiliki paling sedikit 130 tongkat. 

Raja Tut hanya bisa memanah dalam posisi duduk karena tidak kuat berdiri. Raja Tut punya 2 anak yang meninggal, anak Raja Tut meninggal karena penyakit yang disebabkan oleh pernikahan dengan kerabat dekat. 

Raja Tut menikah dengan saudara tirinya. Pernikahan dengan kerabat dekat menimbulkan penyakit aneh. Keluarga-keluarga kerajaan dan bangsawan pada zaman dahulu mempraktikkan pernikahan sedarah atau incest agar tahta kerajaan atau harta keluarga tidak jatuh ke tangan orang lain.

Raja Tut menderita penyakit Malaria Tropica yang berbahaya. Penyakit tersebut tidak ada obatnya dan banyak menyerang penduduk Mesir. Itu berarti Raja Tut merasa pusing, menggigil kedinginan, dan demam saat penyakitnya kambuh. 

Dari penelitian ini juga para ilmuwan mengetahui bahwa Ratu Nefertiti bukanlah Ibu dari Raja Tutankhamun, setelah selama ini beranggapan bahwa Ratu Nefertiti adalah Ibunda Raja Tutankhamun. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun