Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mencegah Seseorang Masuk ke Tahapan Radikalisme

16 November 2024   11:57 Diperbarui: 16 November 2024   12:08 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ahli terorisme Jerman yang juga pendiri Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi dan Kekerasan Politik sekaligus seorang professor di Departeman Studi Perang di King's College London Inggris,  Peter Neumann pernah mengatakan bahwa proses radikalisasi pada seseorang atau kelompok, tidak berjalan linier. Radikal atau radikalisme bukan bawaan orok seperti pada bakat atau sifat dasar, tadi dibentuk atau terbentuk.

Dengan kata lain seseorang menjadi radikal karena berbagai faktor. Kesimpulan ini didapatkannya setelah mempelajari terorisme hampir di 15 negara. Menurutnya ada lima tahapan seseorang kemudian memutuskan bertindak atau bersikap radikal yaitu : menemukan atau bertemu dengan ketidak adilan di sekitar dia, tahap kedua yaitu sampai titik jenuh. Di titik jenuh inilah, kebutuhan emosional itu muncul atau sudah muncul. Tahap ketiga adalah , pertemuan dengan ideologi intoleran/radikal. Di sini proses terpapar terjadi.

Tahap keempat adalah adanya individu yang berpengaruh bagi diri orang tersebut yang mengenalkan radikalisme pada dia, dan tahap selanjutnya adalah normalisasi kekerasan. Di titik ini, seseorang sudah berani memutuskan bahwa tindakan kekerasan boleh dilakukan terhadap situasi tertentu.

Lima tahapan pembentuk pribadi ini biasanya membersamai seseorang menjadi radikal. Melihat ketimpangan ekonomi yang dia lihat sehari-hari antara rakyat biasa dengan pejabat adalah salah satu bentuk ketidak adilan yang dia lihat dan selalu harus diterima. Hukum yang tajam ke bawah tapi tumpul ke atas adalah bagian ini juga. Keadaan ini banyak dan lama sekali belangsung, sehingga seseorang sampai titik jenuh melihat ini semua.

Ketika seseorang sampai di titik jenuh maka yang ada adalah emosi dan kebutuhan untuk membersamai emosi ini muncul. Ideologi transnasional sering kali muncul pada saat seseorang di titik ini, entah dibawa oleh teman atau kerabat atau pasangan sendiri. Seseorang bisa masuk dalam komunitas tertentu pada tahap ini dan berproses lebih dalam menjadi seorang yang lebih intoleran dan lebih radikal.

Karena berinteraksi beberapa lama dengan komunitas ini maka logika-logika radikal membersamainya sehingga kekerasan bisa diterima olehnya dan biasa buat dia. Inilah titik kritikal dimana kita juga harus turun tangan mencegahnya. Memimalisir interaksi dengan beberapa personal yang membawa ke faham itu sebelum terlambat adalah salah satu usaha yang bisa kita berikan. Media juga memberikan kesaksian beberapa orang yang bisa keluar dari lingkatan radikal itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun