Mungkin dalam sebulan ini kita masih dikelilingi oleh peristiwa kunjungan Sri Paus Fransiskus. Beliau memang sudah meninggalkan Indonesia , dan dalam dua hari ke depan akan mengakhiri lawatan panjangnya di Asia Pasifik, dengan terakhir mengunjungi Singapura untuk negara terakhirnya di Asia.
Di Indonesia, tema kunjungan Paus adalah Faith, Fratenity dan Compassion, atau kurang lebih berarti Iman, Persaudaraan dan Belarasa (tepa seliro). Di setiap pidatonya, Paus memang menyinggung tema itu, termasuk di depan para imam dan uskup saat di gereja Katedal Jakarta. Juga di hadapan sekitar 100 ribu umat di GBK.
Faith atau iman adalah tema yang merujuk pada sebuah surat seruan Paus yang berjudul "Evangelii gaudium" yang "menekankan pentingnya hunungan pribadi seorang umat dengan Tuhan, atau malah lebih dalam lagi yaitu  perjumpaan kepada Tuhan yang membawa sukacita. Dalam pidatonya kepada umat Katolik di gereja Katedral, beliau juga mengingatkan kecintaan Tuhan kepada umat di Indonesia adalah keindahan alam, dan kekayaan alam yang beberikan Tuhan kepada Indosnia.
Kedua yaitu Fratenity didasarkan pada ensiklik Paus Fransiskus yang terbit pada 2020, berjudul "Fratelli tutti". Ensiklik ini Paus mengajak kita menjalin persahatan karena pada hakekatnya semua adalah bersaudara. Dengan menghayati bahwa semua adalah bersaudara, maka setiap orang akan akan mampu memiliki bela rasa . Sikap bela rasa adalah persaaan melampui sekat-sekat apapun yang ada. Bela rasa didasarkan pada ensiklik yang yaitu " Laudato Si"
Semua hal tentang tema itu memang terasa lekat di diri Sri Paus. Tidak usah ditanya soal keimanan Paus kepada Tuhan alam semesta. Cara dia memimpin 1,4 miliar umat di seluruh dunia dengan segala persoalannya adalah tanda bahwa dia sangat dipercaya oleh Tuhan memimpin umat.
Persahabatan dan belarasa sangat menonjol saat berada di Jakarta. Bagaimana dia menyapa masyarakat di jalan, berhenti dan memberkati, lalu berkonmentar empatif kepada perempuan berjilbab dan memberkatinya. Belum lagi bagaimana dia bersikap santun dan baik bahkan mencium tangan imam besar Nararuddin Umar
Ini adalah contoh sekaligus menginspirasi kita bahwa seharusnyalah tokoh agama menampakkan sikap seperti itu. Semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian serta cinta kasih. Tokoh agama adalah citra agama yang dia anut. Apa yang meresap padanya akan terlihat bagimana dirinya merespon sesuatu . Semoga semua tokoh agama di Indonesia, bisa memendarkan agama yang dia anut yang penuh kedamaian dan cinta kasih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H