Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membangun Generasi Cinta Damai

8 September 2018   18:03 Diperbarui: 8 September 2018   18:06 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk bisa saling mencintai, maka harus saling mengenal. Dan untuk bisa saling mengenal, maka harus ada niat untuk saling interaksi antar sesama. Dan dalam interaksi antar sesama itu, tidak hanya diperlukan sebuah komunikasi, tapi juga diperlukan rasa saling mengerti, memahami dan menghormati. Kenapa demikian? 

Karena Tuhan pada dasarnya menciptanyakan manusia saling berbeda satu dengan yang lainnya. Masyarakat Jawa dengan Dayak, tentu mempunyai kebiasaan yang berbeda. Begitu juga dengan masyarakat muslim dan kristiani, mempunyai cara beribadan yang berbeda. Apalag antara Indonesia dan Amerika, juga mempunyai adat istiadat dan budaya yang berbeda. Bahkan, manusia yang kembar identik pun, juga pasti ada hal yang berbeda. Dan adanya perbedaan ini tentu bukan tanpa tujuan.

Dalam QS Al Hujurat ayat 13 dijelaskan, "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. 

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." Dalam ayat ini jelas dianjurkan agar setiap manusia saling mengenal satu dengan yang lainnya. Namun jika kita melihat Indonesia bahkan dunia internasional saat ini, masih saja ada antar manusia, antar daerah, bahkan antar negara yang saling berseteru satu dengan yang lainnya.

Di Indonesia sendiri sebenarnya tidak mengenal istilah saling membenci. Juga tidak mengenal istilah saling menghujat ataupun persekusi. Jika melihat dari sejarah, betul ada tradisi perang suku pedalaman di Indonesia, tapi mereka juga menganut tradisi saling meminta maaf. Betul ada tradisi saling berbeda pendapat, tapi tetap mengedepankan musyawarah untuk mendapatkan solusi bersama. Jika melihat saat ini, berbeda pendapat justru menjadi sebuath persoalan. Berbeda keyakinan menjadi hal yang menakutkan karena bisa dianggap kafir.

Ayo tanamkan rasa cinta damai sejak dini. Mari kita buang bibit iri, dengki dan kebencian yang barangkali masih ada dalam diri kita masing-masing. Mari jalankan anjuran Tuhan, untuk saling mengenal satu dengan yang lainnya. Jika kita bisa menyatukan perbedaan dalam keberagaman, tentu hidup ini akan semakin indah, seperti layaknya taman bunga yang penuh aneka warna. 

Tanpa ditanamkan sejak dini, tentu akan semakin sulit menguatkan karakter anak muda di era yang milenial seperti sekarang ini. Anak muda bisa dengan mudah mendapatkan apa yang dia inginkan melalui dunia maya. Ajarkan kepada anak-anak dan lingkungan kita, bahwa keberagaman di Indonesia itu merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga. Hanya dengan fondasi inilah, memutus mata rantai radikalisme bisa berjalan efektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun