Mohon tunggu...
chitania sari
chitania sari Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa

suka nulis dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rekonsiliasi Penting untuk Kemajuan Bangsa

2 Juli 2018   10:30 Diperbarui: 2 Juli 2018   10:37 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada telah kita lampaui dengan baik. Nyaris 171 daerah yang melakukan pencoblosan tidak menemukan hambatan berarti seperti kerusuhan, pelanggaran serius dll. Beberapa daerah memang ada yang melakukan pemilihan ulang karena beberapa pihak ditengarai melakukan kecurangan. Beberapa  pihak juga dilaporkan ada selisih yang cukup signifikan antara quick count (KPU juga melakukan quick count) dan data riil KPU.

Tapi secara umum Pilkada berlangsung dengan baik. Bahkan Perdana Menteri Malaysia Terpilih , Mahatihir Mohammad juga memuji pelaksanaan Pilkada di Indonesia yang berlangsung relative aman. "Itu menunjukkan demokrasi sebuah negara tumbuh dengan baik, " kata Mahathir. Seperti kita ketahui, Malaysia juga barusaja melakukan pemilihan umum untuk menentukan Perdana Menteri dan Mahathir Mohamad untuk memimpin Malaysia selama 5 tahun mendatang.

Demokrasi kita memang berjalan lambat karena berbagai hambatan dan masalah yang melingkupi Indonesia. Tapi demokrasi kita dipuji banyak pihak karena demokrasi tumbuh dengan baik meski pelan. Demokrasi yang tumbuh akan membuat masyarakat lebih baik dalam menjalankan perannnya dalam negara karena relative bisa menyerap ide-ide yang berbeda.

Seperti kita ketahui, saudara serumpun Indonesia di kawasan ASEAN seperti Singapura, Malaysia, Filipina , Thailand dan Brunei Darusallam nyaris punya tipikal yang nyaris sama. Sebagai perbandingan dengan politik Indonesia, kita bisa melihat perkembangan politik Filipina. Filipina punya irisan masalah yang hampir sama dengan Indonesia, misalnya sosial ekonomi (kemiskinan), pendidikan masyarakat, konflik partai dan teorisme.

Di Filipina dan Jakarta sering kita jumpai gedung-gedung pencakar langit, tapi di sisi gedung-gedung itu banyak anak-anak yang tidak bisa sekolah dan orangtua yang mencari nafkah dengan mengais sampah. Dua negara itu juga sering memperlihatkan penduduk desa yang miskin dan lebih miskin dari penduduk kota. Padahal bisa dikatakan alam dua negara ini berlimpah dan bisa diolah. Ini adalah pemandangan ironi dua negara ini.

Hanya saja negara yang kini dipimpin oleh presiden Rodrigo Duterte ini sering mengalami ketidakstabilan politik karena korupsi dan ketidaksinambungan kebijakan pemimpin lama dan baru sehingga rakyat menjadi korbannya.

Jika kita lihat Indonesia juga mengalami hal yang sama. Ada beberapa masalah menyangkut kesinambungan program menjadi hal penting untuk diselesaikan. Kebijakan Pemimpin baru di sebuah daerah (kota atau provinsi) sering tidak nyambung dan saling menegasikan (bertolak belakang), sehingga sulit bagi kota atau provinsi itu untuk maju.

Karena itu usai pilkada seperti sekarang ini, sangat penting bagi seluruh masyarakat dan paslon terpilih dan tidak terpilih untuk melakukan rekonsiliasi. Dua pihak sama-sama menghargai pilihn masyarakat dan berkomitmen untuk bisa membangun daerah dengan baik.  Membangun dengan 'sudah membereskan' hal-hal yang mengganjal ini bisa membuat langkah lebih ringan. Dengan langkah yang ringan kita bisa membangun daerah demi kemajuan bangsa.

Insyaallah Indonesia bisa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun