Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Invasi Rusia ke Ukraina, Skenario Apa Selanjutnya?

21 Maret 2022   15:19 Diperbarui: 22 Maret 2022   20:00 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah sendiri, @Christofel.S/Peta Rusia Ukraina,Logo NATO,Presiden Rusia Fladimir Putin : (Kredit Foto: CTVNews.ca) 22 Februari 2022 14:24 

Kompromi kotor",versi Soviet-Afghanistan, atau perang dunia lainnya hanyalah beberapa kemungkinan hasil dari krisis di Ukraina.

Perang di Ukraina adalah salah satu format perang yang mengarah pada perubahan sistem kekuasaan dunia internasional yang telah terbentuk selama beberapa dekade. 

Tidak ada yang dapat memprediksi bagaimana atau kapan perang ini akan berakhir, namun tentu saja situasi ini memberi ruang kepada siappa saja untuk berdiskusi dan berspekulasi tentang kemungkinan hasil akhir dari peperangan.

Ini akan menjadi topik diskusi para pengamat kebijaknan dari berbagai disiplin ilmu, terutama mengenai implikasinya terhadap tatanan dunia global.

Hasil yang paling mungkin dari format perang ini adalah apa yang dikatakan pengamat politik Amerika Thomas Friedman sebagai "kompromi kotor atau kesepakatan jahat" yang meliputi gencatan senjata, penarikan pasukan Rusia dari Ukraina.

Pengalihan kendali kekuasaan wilayah-wilayah separatis dari Ukraina timur ke Rusia sebagai bagian dari kompromi tersebut, dan Ukraina akan ditekan agar tidak bergabung dengan aliansi militer NATO serta negara-negara Barat, kemudian kesepakatan untuk mencabut sanksi yang telah dijatuhkan kepada Rusia.

Memang banyak kemungkinan yang pasti dibicarakan, namun skenario inilah yang tampaknya sampai saat ini paling mungkin mengarah pada perubahan tatanan dunia, yang kini terjadi "Perebutan kekuasaan" akan terus berlanjut, antara AS -Barat menghadapi Rusia di mana China sebagai rival utama.

Ilustrasi diolah sendiri, @Christofel.S/Peta Rusia Ukraina,Logo NATO,Presiden Rusia Fladimir Putin : (Kredit Foto: CTVNews.ca) 22 Februari 2022 14:24 
Ilustrasi diolah sendiri, @Christofel.S/Peta Rusia Ukraina,Logo NATO,Presiden Rusia Fladimir Putin : (Kredit Foto: CTVNews.ca) 22 Februari 2022 14:24 

Sebelum terjadinya invasi banyak kalangan memprediksikan tentang keberhasilan Rusia di Ukraina apabila menuai kegagalan.

Rusia akan meningkatkan skenario Krisis Ukraina dengan versi yang lebih modern dari masa Perang Soviet-Afghanistan, dimana Uni Soviet pada akhirnya dikalahkan Amerika dan Barat.

Pada skenario ini Rusia dipaksa untuk terus memerangi pasukan gerilya Ukraina selama beberapa tahun kedepan namun akan terus mengdapi kesulitan hingga menderita hinga terus mengalami kerugian, dan sanksi akan tetap diberlakukan. Kondisi ekonomi Rusia akan memburuk, namun federasi akan terus berfungsi dan Putin tetap berkuasa.

Ketika Inisiatif Rusia yang agresif dalam konflik Ukraina terus meningkat, ha ini dapat mengarah pada "Kemenangan Barat" dan tatanan demokrasi liberal Barat akan kembali ke pusat panggung dunia yang dipimpin AS.

Namun,ada juga kemungkinan mengarah pada skenario "Perang Dingin tahap Kedua" yang akan ditandai dengan meningkatnya persaingan antara pendukung dan penentang perubahan tatanan dunia, hal ini dapat memicu perlombaan senjata bahkan dapat meningkat menjadi lebih luas meluas di Eropa pada beberapa tahun kedepan.

Skenario lain yang kurang masuk akal adalah "Revolusi 2022" di mana penduduk Rusia akan turun ke jalan bersekutu dengan oligarki dan pejabat senior militr serta lembaga pertahanan Rusia, untuk bersatu melawan dan menggulingkan Vladimir Putin (skenario kudeta).

ilustrasi aja/Ukraina dan Hegemoni Putinesque: @Christofel.s
ilustrasi aja/Ukraina dan Hegemoni Putinesque: @Christofel.s

Arah skenario kudeta ini akan diputuskan oleh siapa yang mengambil kursi kepresidenan, namun kemungkinan besar akan mengarah pada berakhirnya perang, penarikan pasukan Rusia dari Ukraina dan pencabutan sanksi ekonomi.

Pada kasus terburuk tentu saja akan terjadi "Perang Dunia Ketiga". Namun karena tidak ada pihak yang tertarik untuk memulai konflik seperti itu, sehingga kemungkinannya sangat kecil untuk terjadinya konfrontasi nuklir.

Sebagaimana ancaman nuklir Putin yang menurut beberapa pakar bukan hal yang sangat mengejutkan, sebab menurut pemikiran strategis Rusia, pencegahan nuklir dikombinasikan dengan upaya dan persepsi militer. 

Namun, opsi nuklir dapat disiapkan untuk kasus yang sangat parah,dan saat ini tampaknya sangat sulit untuk dipercaya.

Ke depannya pada perundingan kesepakatan dan diskusi kreatif tentang hasil akhir konflik perlu untuk mempertimbangkan pentingnya tatanan dunia dimana indikatornya para pemain yang terkuat adalah yang paling maju secara teknologi.

Skenario seperti ini tentunya dapat tercapai sejauh para negosiator sebagai orang-orang yang membantu memikirkan dan membicarakan skenario yang dapat mengakhiri perang serta mencegah terjadinya "Perang Dunia Ketiga".

Ini, sekaligus mengalahkan semua negara adidaya yang kini terlibat aktif dalam konflik Rusia-Ukraina menuju tatanan dunia baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun