Mohon tunggu...
Chistofel Sanu
Chistofel Sanu Mohon Tunggu... Konsultan - Indonesia Legal and Regulation Consultant On Oil and Gas Industry

Cogito Ergo Sum II Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin II https://www.kompasiana.com/chistofelssanu5218

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Belum Pernah Terjadi Sebelumnya: Putin Sudah Tidak Menakutkan Sperti Dahulu Lagi

4 Maret 2022   17:50 Diperbarui: 4 Maret 2022   17:54 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleg Deripaska Membuka Pertambangan Crypto Terbesar di Rusia https://russiabusinesstoday.com/

Keputusan Turki untuk memblokir akses angkatan laut Rusia ke Dardanelles dan selat Bosporus dan keputusan Finlandia untuk memberikan senjata ke Ukraina menandai era baru dalam perlakuan mereka terhadap Rusia.

Minggu pertama perang Ukraina telah membawa banyak kejadian yang pantas disebut "belum pernah terjadi sebelumnya". Mayoritas ahli gagal memprediksi apa yang akan terjadi. Misalnya, serangan siber Rusia yang akan melumpuhkan pusat komando dan kendali Ukraina serta infrastruktur tidak diluncurkan pada awal perang. Perkiraan bahwa konflik akan mengarah pada perang pertama dalam sejarah manusia yang ditentukan melalui netralisasi elektronik dari semua sistem musuh juga terbukti salah.

Sanksi, boikot, dan langkah-langkah lain yang diambil dengan kecepatan yang relatif cepat untuk mengisolasi Rusia yang agresif, sebaliknya, tentu saja belum pernah terjadi sebelumnya. Tampaknya dalam konteks ini, Baratpun terejut sendiri Para pemimpin dunia mungkin telah bersepakat untuk menghukum Rusia jika berani menggunakan kekerasan terhadap Ukraina sebelum invasi, tetapi mereka tidak merencanakan menyiapkan sanksi yang pada akhirnya dijatuhkan ke Moskow sebelumnya.

Langkah-langkah paling signifikan yang bertujuan untuk mengisolasi Rusia diputuskan tanpa persiapan sebelumnya, dalam respons yang hampir naluriah terhadap ketidakadilan yang terjadi di depan mata kita. Ternyata kejutan akibatkan kenekatan Presiden Rusia Vladimir Putin yang memiliki kekuatan tersendiri.

Sanksi, boikot, dan langkah-langkah lain yang diambil dengan kecepatan yang relatif cepat untuk mengisolasi Rusia yang agresif, sebaliknya, belum pernah terjadi sebelumnya.

Fakta bahwa sanksi-sanksi ini berada pada skala yang belum pernah dilihat dunia sebelumnya mewajibkan semua negara untuk meningkatkan tuntutan agar sanksi serupa dijatuhkan kepada Iran tanpa penundaan jika terus membuat kemajuan menuju perolehan senjata nuklir. Jika di masa lalu, dikritik karena sanksi tidak efektif, sekarang dapat dijawab: "Sanksi hanya tidak digunakan pada saat yang tepat."

Situasi yang muncul di Rusia sebagai akibat dari invasi dan sanksi juga belum pernah terjadi sebelumnya. Publik Rusia, termasuk kelas elit, berada dalam situasi"ktekanan berlipat" akibat keputusan Putin untuk menyerang, yang tujuannya tidak jelas bagi mereka, dan efek yang ditimbulkannya.

Ekonomi dan kualitas hidup masyarakat di Rusia berada di ambang kehancuran yang menyakitkan dan dipastikan belum pernah terjadi sebelumnya.

Ketika seorang oligarki yang kuat seperti Oleg Derispaka, yang merasakan dampak sanksi ekonomi massal AS, menuntut pihak berwenang menjelaskan siapa yang akan menanggung biaya perang dan sanksi yang dihasilkan, Putin khawatir. Jika Derispaka berbicara seperti ini di depan umum, orang hanya bisa membayangkan klaim keras yang dibuat di balik pintu. Masih terlalu dini untuk menilai apakah situasi baru dapat memicu guncangan tektonik di negara raksasa itu, tetapi kemungkinan ini tidak harus dikesampingkan secara kausal.

Pergeseran tajam dalam posisi internasional Rusia menunjuknya sebagai negara paria, yang telah menyebabkan beberapa tetangganya mengambil langkah-langkah yang dapat membuat marah Rusia dan sebagai akibatnya, mereka tidak pernah mengambil langkah sebelumnya. Keputusan Turki untuk memblokir akses angkatan laut Rusiake selat Dardanella dan Bosporus dan keputusan Finlandia untuk memberikan senjata ke Ukraina menandai era baru dalam perlakuan mereka terhadap Rusia. Langkah Turki memiliki konsekuensi langsung: Pada 2019, dua pertiga dari semua kapal perang yang melewati selat ini milik angkatan laut Rusia. Dengan mencegah kapal perang Rusia berlayar di sana, Turki telah secara efektif memotong kekuatan angkatan laut Rusia di Laut Mediterania dari Laut Hitam. Turki tidak terhalang, tetapi Rusia memiliki kemampuan untuk membalas dendam di Suriah. Langkah Finlandia juga sangat simbolis. Sejak menghadapi agresi Soviet, Finlandia selalu berusaha menenangkan Rusia. Sekarang, bagaimanapun,hal itu menantang mereka di mata dunia. Dari sini dapat disimpulkan bahwa "Tampaknya ketakutan terhadap Putin sudah tidak seperti dulu, dan itu juga belum pernah terjadi sebelumnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun