Judul di atas ku pinjam dari Direktur Eksekutif Pol- Tracking Hanta Yuda pada sore hari kemarin Kamis,16/01/2014 di sebuah acara Metro Tivi, Tingkat elektabilitas Partai Demokrat, kata Hanta, saat ini hanya berada pada level 8.8 persen. Sementara PKS sebesar 2.9 persen. Sedangkan pada Pemilu 2009, ujar Hanta, Demokrat mendapatkan suara sebesar 20.8 persen dan PKS 7.9 persen. "Keduanya memiliki angka yang tinggi sebagai partai parlemen. Tapi, citra kedua partai tersebut rusak karena korupsi."
Hanta mengatakan, di sisi lain terdapat dua partai yang angka elektabilitasnya stabil meski juga diterpa isu korupsi. Yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Partai Golkar. Elektabilitas keduanya cenderung tidak mengalami perubahan yang signifikan. "Yakni 18.5 persen untuk PDIP dan 16.9 persen untuk Golkar," ujar dia.
Program partai politik boleh hebat, kampanye partai politik boleh dahsyat, sumber dana partai politik boleh kuat, tapi mesin politik akan lumpuh total tidak berdaya ketikasudah berhadapan dengan mesin penghancur yang bernama korupsi, dimata masyarakat korupsi saat ini adalah hal yang paling menjijikan, dan seketika bisa merubah 180 derajat persepsi masyarakat terhadap partai yang anggotanya terlibat kasus korupsi, apalagi jika partai itu mempunyai slogan bersih dan anti korupsi, tapi kenyataannya anggota partainya terlibat kasus yang memakan uang rakyat .
Setiap kasus korupsi yang di kupas dengan tuntas, modus cara kerjanya ini ibarat sebuah mesin, saling keterkaitan komponen satu dengan yang lainnya, masing-masing komponen punya bentuk dan tugas yang berbeda sesuai dengan fungsi dan ahlinya, sudah selayaknya korupsi di sebut sebagai mesin karena tidak ada korupsi yang berdiri sendiri karena melakukan korupsi selalu harus bekerja sama, walaupun setiap ada anggota atau kader partai yang terlibat korupsi, pimpina partai bisa di tebak dan di pastikan akan cuci tangan, bahwa itu adalah tindakan oknum yang tidak ada kaitan dengan urusan partai.
Sebagai contoh, Partai Demokrat yang merupakan partai penguasa, secara logika umum lebih banyak celah untuk mendongkrak elektabilitas partai, dan banyak kesempatan membangun citra partai di mata rakyat Indonesia, tapi kenapa partai Demokrat yang notabene partai pemerintah yang berkuasa dua periode, kini makin hari makin merosot elektabilitasnya, dan makin buruk persepsi masyarakat terhadapnya, itu bukan semata karena buruknya program dan gagalnya pemerintah mensejahterakan rakyat, tapi karena banyaknya kader partai demokrat yang bertitel koruptor, korupsilah yang mengakibatkan partai politik tersungkur di elektabilitas terendah.
Contoh lain adalah Partai Keadilan Sejahtera, partai yang dulu di kenal bersih, berwibawa dan secara tegas menolak korupsi, partai yang dipenuhi idealis muda, merupakan partai besar yang berelektabilitas tinggi dan selama dua periode ada di lingkaran penguasa, juga banyak kesempatan membangun citra partai untuk mendongkrak elektabilitasnya, tapi kini juga tersungkur elektabilitasnya, karena presiden partainya terlibat korupsi danwanita muda.
Lewat program kerja pemerintah, Partai Penguasa lebih banyak kesempatanmenjual muka untuk membangun citra partai, tapi dalam prakteknya partai penguasa justru mengambil kesempatan dengan menguasai proyek proyek yang ada untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya, dengan tujuan mengeruk dana yang lebih besar untuk mendukung mobilitas partai.
Generasi muda ramai-ramai menyalah gunakan narkoba, sementara yang tua ramai-ramai menyalah gunakan kekuasaan.
WARNING INDONESIA…!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H