Mohon tunggu...
Silvi Tirawaty
Silvi Tirawaty Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Nak, Kamu Yakin Mau Jadi Seniman?

25 Agustus 2016   06:59 Diperbarui: 25 Agustus 2016   20:24 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah membayangkan anak kita nanti akan bekerja di mana? Atau merasa khawatir apakah pekerjaannnya akan sesuai dengan minat dan bakatnya?

Banyak orang tua saat ini berupaya agar anaknya bersekolah di sekolah terbaik. Tujuannya untuk memastikan anaknya mendapatkan masa depan yang lebih cerah dan lebih pasti. Tidak heran anak-anak sejak dini sudah dibekali dengan berbagai macam ‘bekal’ tambahan, maksudnya agar anak mampu bersaing untuk masuk ke sekolah favorit terbaik. Kondisi ini memicu anak digiring untuk mengasah otak kirinya secara lebih intensif.

Ada kalanya orang tua menambah bekal tersebut dengan les di bidang seni, maksudnya untuk menyeimbangkan pertumbuhan otak kanan si anak. Tapi jumlah waktu yang timpang ini membuat kemampuan seni si anak jauh lebih tidak berkembang dibanding kemampuan akademisnya. Hal ini beralasan, karena orang tua menganggap ilmu dan kemampuan seni hanya sebagai hobi dan penunjang saja, bukan sebagai modal dan bekal utama mencari pekerjaan.

Kondisi Lulusan Baru di Indonesia
Menurut data BPS Bulan Agustus 2014, angkatan kerja di Indonesia mencapai lebih dari 120 juta, dan hampir 6% di antaranya menganggur. Kalau ditilik lebih jauh, dari data itu, ternyata yang bekerja lebih dari 35 jam seminggu atau disebut bekerja penuh waktu hanya skitar 69%.

Persaingan yang ketat ini menambah khawatir orang tua dan memastikan anaknya memilih bidang yang tepat untuk masa depannya. Apakah bidang seni akan dilirik oleh orang tua? Menurut sumber berita online liputan6.com, lulusan seni dan desain menempati urutan 3 besar dari lulusan dengan pengangguran terbanyak. Berikut urutan jurusan-jurusan tersebut:

  1. Film video dan seni fotografi, tingkat pengangguran lulusan baru, mencapai 12,9%, sedangkan proyeksi pertumbuhan kebutuhan lulusannya mencapai 13%,
  2. Seni rupa, tingkat pengangguran lulusan baru, mencapai 12,6%, sedangkan proyeksi pertumbuhan kebutuhan lulusannya berkisar 5%,
  3. Seni komersial dan desain grafis, tingkat pengangguran lulusan baru, mencapai 11,8%, dengan proyeksi pertumbuhan kebutuhan lulusannya mencapai 13%.

Si Sulung Mau Jadi Seniman
Sontak saya jadi khawatir saat si sulung menyampaikan keinginannya menjadi seniman. Data statistik di atas rasanya bukan cerminan yang menjanjikan. Nanti mau jadi apa, Nak? Kerja di mana? Pertanyaan-pertanyaan bertubi-tubi saya lontarkan sebagai orang tua yang berlatar belakang pendidikan eksakta. Saya dan suami lulusan teknik berpredikat tukang insinyur.

Saat hamil si sulung, saya sedang serius-seriusnya berjuang dalam menyelesaikan studi master engineering saya. Berpuluh kali pelajaran dan beberapa kali ujian saya lalui ketika dia dalam perut. Saat dia lahir pun, saya sedang menempuh ujian akhir. Saya berpikir (tepatnya yang saya inginkan), mestinya berbagai rumus dan hitungan itulah yang sampai ke dunianya di dalam rahim.

Tidak banyak les seni yang dia ikuti, kalaupun sempat ikut les piano, gitar, biola dan manga, itupun putus tengah jalan. Keunggulannya justru pada permainan yang membutuhkan koordinasi tubuh, dia terampil memainkan hula-hoop, bermain sepatu roda, ice skating dan sejenisnya. Masa tumbuh kembang nya tidak banyak terekpos dunia seni.

Pertama kali mendengar si sulung mau serius belajar seni saat dia kelas 1 SMP. Saat itu saya anggap remeh pilihan dia, namanya juga anak, minat belum pasti, masih akan berubah-ubah. Di sisi lain, saya tetap mencekoki dia dengan cerita hebatnya menjadi insinyur, dokter, ekonom, dan profesi standar lainnya.

Ternyata kondisi ini tidak mematahkan semangatnya. Secara konsisten, dia serius mengembangkan sendiri minatnya di bidang desain dan foto. Beberapa kali dia menggarap desain poster dan tata panggung acara sandiwara sekolahnya secara kreatif. Banyak pujian disampaikan orang tua teman si sulung melihat hasil karya kreativitasnya.

Sketsa wajah. Instagram 27 Januari 2013. Dokpri.
Sketsa wajah. Instagram 27 Januari 2013. Dokpri.
Menohok. Itu kata yang tepat saat menyadari situasi ini. Mengapa orang lain mampu menghargai hasil karya seninya, sementara saya ibunya sendiri, bukannya mendukung, justru malah mematahkan tunas-tunas semangatnya yang tumbuh tidak terbendung. Saya mulai berusaha lebih tajam melihat potensinya, tes sidik jari pun dilakukan untuk ‘meyakinkan diri saya’ akan kemampuan anak sendiri.

Bingo! Hasilnya, bakat seni si sulung cukup kental, dan sangat berpotensi untuk berkembang. Duuh!! Saya tidak bisa berkata-kata. Anak saya yang berusaha meyakinkan saya bertahun-tahun, tak digubris, malah secarik kertas hasil tes sidik jari inilah yang justru saya jadikan acuan.

Sejak itu saya berjanji untuk menjadi pendukung utamanya dalam mengembangkan bakat dan masa depannya.

Eyes. Instagram 11 Desember 2012. Dokpri.
Eyes. Instagram 11 Desember 2012. Dokpri.
Persiapan Menghadapi Ujian
Memasuki kelas 3 SMA (kelas 12) tahun ini, si sulung butuh persiapan menghadapi ujian perguruan tinggi. Minat terbesarnya masuk jurusan Desain Grafis, atau yang sekarang dikenal sebagai Desain Komunikasi Visual. Peran orang tua sangat besar untuk membantu anaknya. Dari beberapa sumber di internet dan pengalaman sesama orang tua, berikut ini adalah peran orang tua yang dibutuhkan.
  1. Perbanyak kesempatan meng-expose dan memaparkannya pada dunia seni. Sering-sering mengajak jalan-jalan untuk melihat objek-objek visual dan kejadian-kejadian di sekeliling,
  2. Fasilitasi dan dukung kebutuhan latihan menggambar dan desain termasuk pengadaan peralatannya dan juga menciptakan suasana yang menyenangkan untuk latihan gambar setiap hari,
  3. Apresiasi setiap perkembangan kemajuan kemampuannya (ini yang tidak saya lakukan selama bertahun-tahun).

Jangan lupa ajak anak kita untuk memperbanyak latihan, minimal 1 gambar setiap harinya. berikut beberapa tips:

  • Jangan hanya memperbanyak input dengan menonton dan melihat contoh gambar, tapi perbanyak output dengan latihan membuat gambar dan karya,
  • Ajak anak kita untuk membahas dan memperdalam topik yang sedang tren dan up to date,
  • Perkaya dengan kegiatan lain yang potensial menjadi sumber ide karyanya.

Saringan Masuk FSRD ITB
Jangan salahkan kalau saya tetap ingin anak saya masuk perguruan tinggi almamater saya dan suami dulu. Meskipun disebut Institut Teknologi, kampus ini punya fakultas seni dan desain. Jauh-jauh hari saya sudah berburu informasi tentang saringan masuk ke FSRD ITB. Menurut sumber Vila Merah Jakarta, jalur masuk terbagi dua:

  1.  Jalur SNMPTN atau disebut juga jalur undangan.
    Dilakukan bulan Januari-Februari 2017. Pengalaman tahun 2016, anak diminta mengerjakan 2 gambar suasana dengan lama pengerjaan selama 2 minggu. Untuk mengantisipasi perubahan permintaan gambar, anak-anak disarankan membuat portfolio gambar sebanyak-banyaknya termasuk gambar suasana dan still life. Syarat utama penilaian gambar adalah gambar selesai dikerjakan

    Jangan lupa menanyakan nomor PDSS ke pihak sekolah (saya juga tidak tau ini kepanjangan dari apa). Berdasarkan pengalaman, jalur ini banyak didominasi anak IPA dan 80% berasal dari sekolah asal Jawa Barat yang diprioritaskan.

  2. Jalur SBMPTN
    Dilakukan bulan Juni 2017. Pengalaman tahun 2016, anak diminta mengerjakan 1 gambar suasana dan psikotes dengan lama pengerjaan selama 90 menit. Ujiannya dilakukan di bawah jalur minat IPS, bukan berarti anak IPA tidak bisa, tapi ujiannya berupa materi IPS. Berdasarkan pengalaman, jalur ini banyak didominasi anak IPS

    Dinilai kemampuan anak untuk berpikir cepat, sehingga syarat utama penilaian gambar adalah gambar selesai dikerjakan.

    Gambar suasana adalah gambar yang menjawab soal cerita dalam bentuk gambar, contohnya gambar suasana demo buruh, suasana di kebun binatang, suasana dapur restoran, pesta ulang tahun. Pertajam kemampuan detail dalam menggambar suasana, jangan sampai lupa di tangan mana polisi memakai pembungkus tangan yang berwarna garis-garis hitam putih. Atau bingung membayangkan roda mobil itu ada berapa garis-garis diagonalnya.

    Gambar still life adalah gambar benda diam, biasanya sudah ditentukan oleh panitia. Sedangkan gambar psikotes untuk melihat bagaimana tiap individu memberi solusi yang kreatif pada sebuah masalah melalui beberapa tes visual.

#mycreation, #girl, #hair, Instagram 10 Desember 2012. Dokpri.
#mycreation, #girl, #hair, Instagram 10 Desember 2012. Dokpri.
Rezeki di Tangan Allah
Apapun jalan yang dipilih anak, orang tua selayaknya mendukung penuh sepanjang apa yang dipilihnya positif dan tidak bertentangan dengan keyakinan. Rasanya picik sekali pandangan saya di masa lalu, seakan tidak percaya akan rejeki Allah dan mencoba ikut campur menentukan masa depan anak. Lakukan yang terbaik untuk anak kita, dan kita titipkan pada Yang Maha Kuasa untuk menentukan hasil akhirnya. Dialah yang Maha Tahu dan Maha Menentukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun