Mohon tunggu...
Chintya Rifananda
Chintya Rifananda Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Ilmu Politik

A good job isn't a perfect job, but a finished job #TalkLessDoMore

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dunia "Peracian" Peluang Bisnis di Kota Besar

14 Februari 2023   17:52 Diperbarui: 15 Februari 2023   12:08 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sangat kaya dengan sumber daya alam dan budaya yang memberikan ciri khas tersendiri untuk setiap daerah. Salah satunya Provinsi Jawa Barat, daerah ini memiliki ciri khas jajanan atau cemilan berbahan dasar aci. Peracian atau biasa disebut dengan "aci" yang merupakan bahasa sunda dari tepung tapioka atau tepung kanji menjadi bahan dasar atau bahan utama dalam membuat makanan atau jajanan pedagang kaki lima yang sedang marak di Indonesia saat ini. 

Tepung aci sendiri merupakan tepung yang dibuat dari ekstrak singkong yang diolah dengan baik oleh masyarakat menjadi tepung tapioka untuk berbagai bahan dasar makanan. Masyarakat Jawa Barat membuat ide berbagai jajanan atau cemilan yang bisa dijadikan makanan selingan sebelum makan berat, yakni seperti cilok, cimol, cilor, cilung, cireng, cirambay, baso aci, siomay dll. Jajanan peracian ini sering kita temukan di pinggir jalan perkotaan dengan menggunakan gerobak atau meja. Hampir semua kalangan menyukai makanan ringan atau cemilan ini karena rasanya yang sangat gurih, pedas, asin, manis, dan pastinya kenyal karna tekstur dari tepung tapioka.

Ekonomi sektor informal di Indonesia cenderung lebih banyak kearah bisnis kuliner. Hal ini dikarenakan makanan menjadi peningkat suasana hati atau mood menjadi lebih bahagia dan lebih semangat menjalani aktivitas. Sebab itu, banyak orang lebih memilih beralih profesi menjadi penjual makanan atau pedagang kaki lima di kota-kota besar yang ramai dan yang lebih menjamin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena keuntungan yang didapat bisa dibilang cukup atau bahkan bisa lebih dari modal awal yang dikeluarkan jika dihitung perbulan. Keterbatasan lowongan pekerjaan di kota besar, tingginya tingkat migrasi dan tingkat urbanisasi, menjadi alasan adanya sektor informal atau pembentukan sektor pekerjaan baru yang dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari setiap masyarakat. 

Salah satunya bisnis kuliner peracian ini, hanya membutuhkan modal kecil, tanpa membutuhkan keterampilan tinggi untuk memasak jajanan aci, tidak ada syarat khusus atau secara hukum untuk berdagang dipinggir jalan atau di tempat yang ramai dikunjungi masyarakat kota, dan merupakan usaha yang dikelola secara pribadi dengan upah harian yang tidak tetap. Pedagang peracian (cimol, cilor, cirambay, cireng, cilok, siomay, baso aci dll) kaki lima ini cenderung memilih berjualan di lokasi yang sering dilewati anak sekolah, pekerja, mahasiswa, yakni seperti di pinggir jalan pintu masuk stasiun, di depan sekolah, di depan kampus, di depan kantor, dipinggir pasar dll. Karena di tempat itulah banyak pembeli karena lapar belum sempat makan berat dan memilih jajan atau nyemil cemilan peracian ini. Penghasilan yang tidak menentu setiap harinya tentuya tidak menurunkan semangat para pedagang peracian kaki lima ini, mereka yakin dengan berusaha dan berdoa terus setiap harinya, dengan berbisnis ini insyaAllah akan bisa cukup memenuhi segala kebutuhan keluarganya. Dan memang dapat dikatakan bahwa usaha peracian ini mampu bersaing di sektor informal dan memberikan statistik perekonomian yang cukup tinggi di Indonesia. Bahkan banyak pengusaha zaman sekarang yang berawal dari usaha peracian ini dipinggir jalan kemudian berkembang menjadi membuka toko dan menetap berjualan di toko dan juga mempromosikan jualannya secara online dan offline hingga memiliki karyawan untuk membantu menjalankan usahanya.

Selain itu, karena peracian ini sudah menjadi jajanan yang sering kita temukan di pinggir jalan pada pedagang kaki lima, bisa dikatakan jajanan ini tidak akan hilang peminatnya di mata masyarakat, selain karena rasa dan keunikannya, jajanan ini cukup murah dan terjangkau harganya khususnya dikalangan pelajar dan mahasiswa, sehingga akan terus menjadi penyumbang statistik perekonomian Indonesia melalui sektor informal atau sekarang sudah bisa masuk kedalam UMKM masyarakat kota. Sebab, menjadi pedagang peracian kaki lima ini bisa dibilang cukup mudah, dengan modal kecil, dan ketekunan dalam berjualan pasti sudah dapat membantu pemasukan keuangan untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat kota.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun