Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi itu dilakukan dalam keluarga, yang mana keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak secara langsung atau tidak langsung apa yang dilakukan orang tua dipelajari oleh anaknya. Apa yang didapat dari lingkungan rumah menjadi dasar nilai dan pedoman dalam menghadapi lingkungan secara umum. Orang tua harus mewaspadai hal ini karena di luar lingkungan rumah anak dihadapkan pada kebiasaan yang berbeda.
Dalam keluarga tentunya orang tua memiliki peran yang sangat penting. Rasa alami orang tua adalah seperti mencintai, melindungi, dan bahkan memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Menjadi orang tua dapat dilihat sebagai proses pengasuhan yang diimplementasikan oleh orang tua untuk mendukung perkembangan anak.
Orang tua merupakan acuan utama bagaimana mengajarkan pelajaran hidup kepada anak-anaknya. Oleh karena itu mereka harus mampu mengatur emosi dan mampu mengatur emosi selama tumbuh kembang anak sejak usia dini (Branco & Linhares 2018). Banyak orangtua yang merasa memberi kasih sayang dan cinta kepada anaknya dengan cara yang menurut mereka benar padahal tanpa disadari itu telah mempengaruhi mental anak tersebut. Yang mana akibat pola asuh orang tua itu menyebabkan anak merasa terluka fisik maupun mentalnya. Pola asuh orang tua tersebut bisa dikatakan “Toxic Parenting”, dan orangtua yang melakukannya dikatakan sebagai “Toxic Parents”.
Pada saat ini banyak orang tua yang menghabiskan waktu untuk urusan di luar rumah seperti bekerja, bertemu relasi, aktivitas organisasi di masyarakat menjadikan kurangnya waktu berkumpul dengan keluarga. Sehingga orang tua menjadi lalai dalam mengurus anak, memiliki emosi yang tinggi, kurang perhatian dan bahkan menelantarkan anak, menyebabkan anak akan memiliki sifat yang kurang menyenangkan.
Menurut Sunarti (2015:15) perilaku orang tua yang mengolok-olok, mengabaikan, dan menyangkal keberadaan anak dapat diketahui melalui kata-kata dan tindakan mereka terhadap anak-anaknya, misalnya dengan mengkritik, menuntut, dan memerintah. Pola asuh orang tua yang menerapkan metode dengan baik maka anak juga akan tumbuh dengan cara yang baik juga, begitu pula sebaliknya apabila metode dengan cara yang tidak baik maka anak akan tumbuh kurang baik.
Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi yang terbaik, namun akibat pola asuh orang tua yang toxic tersebut justru malah membuat anak tidak mendapatkan haknya sebagai anak atau diperlakukan secara tidak layak sehingga membuat anak tertekan dan tidak bisa berkembang. Dan itu merupakan hubungan orang tua dan anak yang tidak sehat.
Ciri-ciri orang tua yang toxic adalah:
1. Tidak terkendali dan mudah marah
Orang tua yang toxic sangat mudah marah dan emosional pada anak-anaknya. Mereka cenderung membesar-besarkan setiap masalah yang ada bahkan jika itu benar-benar pertanyaan yang sepele. Toxic parents tidak merasa ragu ketika memarahi bahkan menegur anaknya di tempat umum.