adat Batak Toba terkenal mahal, memiliki rangkaian acara yang cukup Panjang dan terhitung lama. Disetiap tahapannya sangat erat kaitannya dengan filosofi dan nilai budaya. Dalam tradisi adat Batak Toba, Marhata Sinamot harus dilakukan supaya bisa menggelar pernikahan. Acara tersebut diselenggarakan di rumah pihak perempuan dan dilaksanakan sebelum Martumpol atau prosesi pertunangan. Martumpol dilaksanakan sebelum pesta perkawinan adat, biasanya sekitar 2 minggu sebelumnya. Pihak laki-laki akan membawa dan mempersiapkan makanan berupa daging yang dinamakan "tudu-tudu sipanganon" atau penanda makanan.
PernikahanMarhata Sinamot berisi kegiatan yang membicarakan sinamot, kapasitas undangan, tempat/gedung yang akan digunakan untuk pesta adat (Ulaon Unjuk), kapan pesta adat dilaksanakan, dan berapa banyak ulos, hewan yang akan disembelih. Acara ini dihadiri oleh parhata, keluarga besar, Dalihan Na Tolu yang merupakan elemen penting dalam tradisi tersebut.
Istilah Marhata Sinamot merupakan mahar perkawinan dari pihak laki-laki (Paranak) yang diberikan kepada pihak Perempuan (Parboru). Masyarakat Toba mengakui Sinamot merupakan bagian dari sebuah tradisi. Sinamot sudah ada sejak dahulu, menjadi sebuah ciri khas identitas bagi orang Batak yang akan terus dijaga, dilestarikan, dan dijaga keberadaannya supaya tidak hilang.
Dalam perkembangannya, bentuk Sinamot beraneka ragam, dulu Sinamot berupa emas, rumah, hewan, tanah, dan sebagainya. Akan tetapi, saat ini Sinamot berbentuk uang. Nilai dan bentuk dari Sinamot yang diberikan kepada pihak Perempuan (Parboru) harus sesuai kesepakatan kedua belah pihak keluarga. Nilai dari Sinamot cukup beragam dan memiliki standar harga tersendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari pendidikan, pekerjaan, status sosial, bahkan fisik. Semakin terpandang dan tinggi pendidikan perempuan maka mahar semakin mahal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H