Mohon tunggu...
C.C. Agung Bujana
C.C. Agung Bujana Mohon Tunggu... -

Whatever

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Soal "Drawing" Piala Dunia: Saat IASC Mempengaruhi FIFA

7 Desember 2013   11:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:13 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_306981" align="aligncenter" width="546" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.COM/Brazuca)"][/caption]

International Accounting Standard Comitee (IASC) menyusun suatu standar akuntansi yang berlaku secara internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS) untuk menggantikan praktik akuntansi konvensional yang selama ini berjalan. Inti dasar dari IFRS ini adalah lebih menonjolkan current cost dan fair value dalam penilaian suatu akun ketimbang historical cost. Ya, begitulah kurang dan lebihnya. Ternyata, meninggalkan sesuatu yang historical dan menggantinya dengan hal yang lebih current bukan cuma berlaku dalam akuntansi. Prinsip yang hampir sama juga terjadi dalam sepak bola dan sudah terbukti diterapkan FIFA dalam pembagian pot unggulan untuk drawing Piala Dunia 2014. Tentu ini bukan cerita mengenai cost seperti halnya akuntansi, tetapi tentang hal lain yang berkaitan dengan sepak bola, yakni performa. Mulai drawing piala dunia tahun ini, FIFA menerapkan sistem current performance sebagai dasar untuk menempatkan tim-tim unggulan ke pot pertama. Salah satu penilaian tentang current performance dari sebuah tim adalah berdasarkan peringkat FIFA terakhir mereka yang dirilis pada Oktober 2013 kemaren. Dengan demikian, maka pot unggulan akan diisi oleh tujuh tim peringkat teratas FIFA bersama dengan tuan rumah Brazil. Hal ini berbeda dari kebiasaan FIFA tahun-tahun sebelumnya yang lebih melihat aspek historis suatu negara di piala dunia untuk menentukan apakah negara tersebut layak masuk ke pot pertama. Biasanya, FIFA mengabaikan current performance suatu negara dan lebih melihat sejarah negara tersebut pada beberapa piala dunia terakhir. Dengan sistem yang lama, maka hampir dipastikan negara yang ada di pot pertama merupakan negara raksasa yang punya tradisi bagus dan selalu jadi unggulan dalam setiap piala dunia. Dan memang biasanya, para juara dunia adalah negara-negara yang berasal dari pot ini. Dengan sistem yang lama pula, maka kemungkinan suatu negara unggulan untuk bertemu negara unggulan lainnya di fase grup akan lebih kecil karena biasanya mereka berada pada satu pot yang sama. Hal ini tentu sangat menguntungkan negara-negara tersebut. Piala dunia adalah kejuaraan yang bisa dimenangi dalam 7 pertandingan dan mesin dari sebuah tim biasanya baru mulai panas setelah lepas dari fase grup. Hal ini wajar karena setiap tim, sebagaimanapun hebatnya mereka, pasti membutuhkan waktu adaptasi untuk bisa on dalam atmosfer suatu kejuaraan. Akan tetapi, negara-negara yang biasa jadi unggulan tersebut tidak serta-merta mempunyai peringkat FIFA yang lebih baik. Dengan sistem current performance yang lakukan FIFA dalam drawing kemaren, beberapa negara dengan tradisi juara yang kuat harus terlempar dari pot 1. Akibatnya, runner up piala dunia sebelumnya, Belanda  atau juara piala dunia 2006 Italia harus rela  berada di pot non unggulan, digeser oleh negara sepertiK olombia, Swiss, dan Belgia yang mempunyai peringkat FIFA lebih baik. Hal ini menimbulkan potensi adanya grup neraka yang mempertemukan negara-negara unggulan di pot pertama dengan negara unggulan di luar pot pertama. Efeknya bisa kita lihat dari drawing semalam, di mana Italia harus berjibaku di grup neraka bersama Inggris dan Uruguay serta Belanda yang harus mengulang partai final Piala Dunia 2010 dengan Spanyol.  Saat di beberapa grup terlihat neraka, grup lainnya justru terlihat sangat "damai". Saya menyebut grup C, E, dan H pada drawing kemarin sebagai grup yang sangat damai tersebut.  Damai dalam arti tidak ada negara dengan tradisi juara piala dunia yang kuat di grup tersebut. Bukannya saya meragukan Swiss, Kolombia atau Belgia. Mereka adalah tim yang bagus yang sedang on fire saat ini. Swiss misalnya, tidak pernah kalah dalam 14 pertandingan resmi FIFA atau Belgia yang disebut-sebut sedang memasuki generasi emasnya bersama pemain-pemain sekelas Hazard, Kompany, Veermalen, dan Lukaku. Akan tetapi, piala dunia selalu bicara masalah class bukan hanya performance. Piala dunia berbeda dengan Piala Eropa di mana negara-negara nonunggulan seperi Denmark di Tahun 1992 atau Yunani pada 2004 bisa membuat kejutan dengan keluar sebagai juara. Piala dunia selama ini sangat jarang menimbulkan kejutan sampai ke fase juara, bahkan selalu didominasi oleh negara-negara dengan tradisi sepak bola yang kuat yang mempunyai class macam Brazil, Italia, Jerman, Argentina, dan sekelasnya. Mungkin dengan sistem baru ini FIFA dapat memberikan kesempatan kepada negara-negara dengan performa yang bagus untuk unjuk gigi dengan menempatkan mereka sebagai tim unggulan. Yah, bagaimanapun, kebijakan telah ditetapkan dan hasil telah didapatkan. Namun saya tetap yakin bahwa setiap tim yang lolos ke piala dunia adalah tim-tim terbaik. Perkembangan sepakbola dunia membuat batas antara tim-tim unggulan dan nonunggulan menjadi semakin tipis yang tentu akan memberikan kita tontonan yang sengit dan menarik. Welcome to Brazil 2014!!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun