Mohon tunggu...
chindy tan
chindy tan Mohon Tunggu... -

Saya membantu organisasi Indonesia Vegetarian Society sebagai Pemred majalah Info Vegetarian. Majalah Info Vegetarian ini dapat diunduh gratis di http://www.ivs-online.org/v2/infovege.php Bagi saya, bertukar isi hati dan isi otak adalah salah satu proses manusia memanusiakan dirinya. Ada dialog di sana. Dialog yang dituntun oleh tanya demi tanya, karena manusia sepanjang hayat peradabannya adalah makhluk yang belum selesai dengan dirinya.Mengajak siapa saja belajar jujur pada dirinya, ketika hati dan fakta berada dalam satu garis lurus (jujur), maka kejujuran pada dirinya inilah yang akan memaksa manusia berubah. Mungkin inilah hidup yang bertanggung jawab, hidup yang fair. Berusaha memahami cara hidup saat itu juga manusia memahami cara mati.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bumi Butuh Langkah Cepat, Please Go Veggie!

1 Desember 2009   02:14 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:07 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering


Jejak emisi gas rumah kaca daging terukur jelas. Pertanian untuk pakan ternak itu sendiri merupakan penyumbang 9% CO2 (karbondioksida), 65% N2O (dinitrooksida) dan 37% CH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah kaca N2O adalah 296 kali CO2, sedangkan CH4 adalah 25 kali CO2.

Satu kilogram daging menyumbang 36,4 kg CO2. Dr Rajendra memberi ilustrasi konversi energi untuk memelihara sampai menghasilkan sepotong daging sapi, domba atau babi sama besar dengan energi yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu, dan setara dengan buangan emisi CO2 dari kendaraan roda empat di Eropa yang menempuh jarak 250 km (Animal Science Journal, 2007).

Saat penayangan perdana film Meat The Truth pada tanggal 19 Mei 2008 di United Kingdom, Inggris, Marianne Thieme, penggagas partai pertama di dunia yang menyuarakan hak-hak binatang di parlemen Belanda, membuka dengan paparan fakta efisiensi dari pola nabati murni atau vegan. Bila masyarakat Inggris tidak mengonsumsi produk hewani selama 7 hari akan mengurangi emisi sebesar 91 mega ton gas rumah kaca. Jumlah ini setara dengan efisiensi 12,5 juta rumah tangga di Inggris, atau separuh dari total jumlah rumah tangga di Inggris. Khusus di Belanda (www.partijvourdedie.en.el), seminggu sekali saja membebaskan piring makan dari daging masih 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun. Bagaimana bila 6 hari? Akan mencegah emisi gas rumah kaca sebesar emisi yang dikeluarkan oleh seluruh kendaraan roda empat di Inggris yakni, 29 juta mobil. Efisiensi 5 hari tanpa sumber hewani, setara dengan pengurangan jumlah pemakaian energi listrik seluruh masyarakat Inggris. Selanjutnya, 4 hari tanpa sumber hewani, jumlah gas rumah kaca yang dapat dicegah, setara dengan pencegahan jumlah buangan emisi 70% kendaraan bermotor di Inggris. Terakhir, bila memilih partisipasi 3 hari tanpa sumber hewani, dapat mencegah buangan gas rumah kaca setara dengan buangan emisi seluruh peralatan rumah tangga, kulkas, setrika, mesin cuci, dll.

Penelitian paling gres yang dilakukan Prof. Gidon Eshel dan Pamela A. Martin ("Diet, Energy and Global Warming") merunut kontribusi setiap potongan daging terhadap emisi karbon. Penelitian ini diakui secara ilmiah dan dipublikasikan dalam jurnal bergengsi para ilmuwan Earth Interaction Vol. 10 bulan Maret tahun 2006. Jumlah gas rumah kaca yang diemisikan oleh daging merah, ikan, unggas, susu dan telur jika dibandingkan dengan diet murni nabati/vegan, ternyata jika satu orang dalam setahun mau mengganti diet hewani mereka ke diet nabati murni/vegan akan mencegah emisi CO2 sebesar 1,5 ton. Lima puluh persen lebih efektif daripada upaya mengganti mobil Toyota Camry ke mobil Toyota Prius hybrid sekalipun yang ternyata hanya mampu mencegah 1 ton emisi CO2.


Meat is Murder On The Environment

Pernyataan di atas adalah judul sebuah artikel yang dimuat di web  NewScientist.com news service, tanggal 8 Juli 2007. Fakta yang dikemukakan tak terbantahkan lagi, selain menguras  air, lahan, dan membebani atmosfer, konsumsi daging juga memukul Bumi dengan polusi air, polusi udara dan hilangnya kesuburan tanah serta kepunahan keanekaragaman hayati.  Kotoran ternak merupakan salah satu sumber pencemaran air, untuk di Amerika  saja peternakan menyumbang 900 juta ton kotoran tinja setiap tahunnya atau sama dengan 130 kali jumlah kotoran manusia. Sekitar 90% buangan gas amonia berasal dari kotoran ternak yang digunakan di pertanian. Peternakan juga bertanggung jawab terhadap hilangnya kesuburan tanah akibat erosi 50%, hilangnya sedimen tanah sejumlah 37%, serta polusi 30% nitrogen terhadap sumber air bersih. (Livestock's Long Shadow, 2006). Terhadap keanekaragaman hayati, laju kepunahan berada pada kecepatan 50-500 kali lebih cepat dari laju kepunahan dari rekaman data fosil. Konservasi Internasional mengidentifikasi 35 titik rawan global, dicirikan dengan hilangnya habitat hingga level parah, 23 diantaranya disebabkan oleh peternakan. (Livestock's Long Shadow, 2006).Salah satu satwa yang kini sedang berjuang mati-matian bertahan dari pola perubahan iklim yang makin ekstrem adalah beruang kutub. Beruang kutub kini berada diambang kiamat. Makin meluasnya wilayah es yang mencair berarti makin berkurangnya habitat buruan beruang kutub. Satu persatu beruang kutub mati mengenaskan, lelah berenang bermil-mil jauhnya untuk mencari makan sering tanpa hasil dan akhirnya mati kelaparan.


Tidak Ada Langkah yang lebih Murah, Lebih Mudah dan Lebih Cepat!

Objektivitas akan menuntun kita untuk mengakui pola

konsumsi daging sebagai kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Pilihan kita tidak banyak, mengingat tenggat waktu yang demikian sempit. Mengutip tulisan Senator Queensland, Andrew Bartlett, bahwa seluruh dunia tidak mesti menjadi vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi produk hewani, kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah nihil. Menurut Bartlett, tidak ada langkah yang lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan yang dapat mengurangi kontribusi tiap individu terhadap emisi gas rumah kaca selain memangkas jumlah konsumsi daging dan produk susu dan olahannya. Daging! Kini bukan masalah pilihan personal lagi, suka atau tidak suka, makan daging telah menjadi masalah yang mengancam kelangsungan hidup setiap orang di muka Bumi ini (World Watch Institute,2004)

Aksi untuk hemat bahan bakar kita masih banyak bergantung pada fasilitas umum. Upaya yang paling bisa kita lakukan adalah menggunakan kendaraan umum. Namun, sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk menggunakan kendaraan umum jika berhadapan dengan kepentingan keamanan, dan untuk ini kita masih bergantung pada kebijakan pemerintah. Aksi hemat energi dalam konteks yang paling ideal bergantung pada teknologi. Sumber energi paling ramah lingkungan yakni tenaga angin, air, dan matahari, masih jauh membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak kecil. Butuh waktu yang panjang dan upaya ekstra untuk menggerakkan kesadaran massal untuk hemat energi, hemat listrik, hemat bahan bakar karena harus berhadapan dengan kebiasaan dan perilaku yang telah mengakar.

Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar. Namun, memegang sendok dan akhirnya menjatuhkan pilihan apa yang akan dimasukkan ke mulut kita, sepenuhnya berada di kendali kita. Langsung bisa dilakukan! Jarak antara piring dan mulut kita mungkin hanya sejarak panjang sendok, membalikkan isi sendoknya hanya butuh waktu sekedipan mata, tapi kendalinya ada pada mindset tiap kita. Sejenak, biarkan kepala dingin hadir. Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung Bumi. Sejenak merasakan beban berat Bumi ini mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah Bumi.

(Oleh Chindy Tan-Korcab IVS Yogya-Jateng dan Pemred Majalah Info Vegetarian)


Catatan kaki: artikel ini dipublikasikan juga di web blog:

dee-idea.blogspot.com,

direvisi 27 Juli 2008

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun