Mohon tunggu...
Sadzikri
Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Pelajar SMA | Sejarah adalah pelajaran favorit saya | Menyukai politik karena politik itu seni realis terbaik | Juga seorang penggemar budaya pop Jepang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jangan Pernah Memakai Masker di Jepang Kalau Tidak Perlu

2 Januari 2018   19:04 Diperbarui: 3 Januari 2018   07:59 2671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memakai masker juga membuat anda susah meminum minuman (Dokumentasi Pribadi)

Saya tidak tahu apakah faktor lain yang membuatnya berubah, namun saya pikir ia sebenarnya tahu kondisi saya selama itu (yaitu sehat-sehat saja) hanya saja tetap berhati-hati.

3. Mereka akan berbicara kepada anda dengan full Bahasa Jepang, bahkan orang asing yang bekerja di sana

Inilah hal yang paling menyeramkan namun paling berkesan dibandingkan poin-poin sebelumnya. Jika anda menggunakan masker, belum fasih berbahasa Jepang, dan tidak bersama guide, bersiaplah untuk dilayani dalam Bahasa Jepang full jika anda berkunjung ke berbagai toko, restoran, dan lain-lain. 

Mungkin anda akan 'selamat' jika sang penjaga toko mengerti Bahasa Inggris, namun tidak semua orang Jepang fasih berbahasa Inggris terutama jika anda mengunjungi daerah di luar kota-kota besar (Tokyo, Osaka, dll).

Orang asing yang bekerja di sana juga akan menganggap anda orang Jepang sehingga memakai Bahasa Jepang. Ketika saya (masih belum menyerah) melakukan 'eksperimen' ini di Harajuku, saya pergi ke restoran McDonald's dan disambut dalam Bahasa Jepang oleh pelayan yang dapat mudah dikenali sebagai orang barat (dari perawakan dan gaya bicaranya, saya mengira dia adalah mahasiswa asing yang sedang berkuliah di Jepang dan magang). Saya sempat shock selama beberapa saat sebelum saya berusaha menggunakan Bahasa Jepang semampunya.

Jika anda menghadapi hal ini, anda dapat berkata "Sumimasen, watashi wa Nihon-jin dewa arimasen" (Maaf saya bukan orang Jepang), "Sumimasen, watashi wa gaikoku-jin desu"(Maaf saya orang asing), atau "Sumimasen, watashi wa Eigo de hanashite imasu" (Maaf saya berbicara Bahasa Inggris). Hal tersebut berguna jika anda terpaksa berdialog dengan orang Jepang yang kurang mengerti Bahasa Inggris.

Bersama keluarga homestay, setelah 'insyaf' tentunya (Dokumentasi Pribadi)
Bersama keluarga homestay, setelah 'insyaf' tentunya (Dokumentasi Pribadi)
'Neraka' ini berakhir ketika orang tua saya, yang melihat foto-foto saya yang memakai masker, memberi pesan via WhatsApp kepada saya untuk segera menghentikan 'eksperimen' ini karena tidak ingin keluarga homestay saya menganggap saya sebagai orang berpenyakit. 

Saya yang menurut kemudian merasakan perbedaan atmosfer, di mana sikap orang lain yang sebelumnya dingin kemudian mencair. Saya kemudian menghabiskan hari-hari di Jepang dengan tenteram dan menyenangkan.

Pada akhirnya, saya kemudian sadar bahwa menerapkan sesuatu berdasarkan stereotip wilayah itu salah besar. Mungkin tidak apa-apa apabila saya memakainya di tempat pusat budaya pop Jepang seperti Akihabara, namun tidak untuk wilayah Jepang secara keseluruhan.

Meskipun demikian, pengalaman tersebut tetap menjadi pengalaman terbaik selama hidup saya.

Shiawase na!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun