Mohon tunggu...
Sadzikri
Sadzikri Mohon Tunggu... Pelajar -

Pelajar SMA | Sejarah adalah pelajaran favorit saya | Menyukai politik karena politik itu seni realis terbaik | Juga seorang penggemar budaya pop Jepang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ini Koridor Gue!

22 Oktober 2017   21:43 Diperbarui: 22 Oktober 2017   21:54 2019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remaja memang merupakan usia 'nekat' dimana seorang manusia mencoba menjadi dewasa dengan menggunakan cara apapun yang dianggap dapat membuat mereka menjadi dewasa, dari melakukan hal-hal yang berguna bagi masyarakat hingga melakukan hal-hal yang menyimpang dari masyarakat. Remaja juga menjadi usia untuk mencari eksistensi diri di antara masyarakat, terutama di antara pergaulan seusianya. Hal tersebut menyebabkan remaja melakukan apapun hal yang dapat membuat dirinya eksis dan dianggap di pergaulan. Contohnya seperti yang terjadi di sekolah saya ini.

Ada sebuah 'kebiasaan' tahunan yang dialami oleh kelas 10 yang baru melaksanakan MPLS di sekolah saya, dimana mereka diwanti-wanti bahkan diperingatkan oleh beberapa oknum senior kelas 11 atau 12 agar jangan sekali-kali melewati koridor di depan kelas 11 atau 12. Setelah mereka mendengar hal ini, mereka akan memilih rute memutar melalui koridor depan kelas mereka (kelas 10) karena alasan "hormat kepada senior". Nekat untuk melewati koridor depan kelas 11 atau 12? Siap-siap saja mendapatkan sindiran, sarkasme, hingga cemoohan dari oknum senior.

Akibat Tindakan

Tradisi 'menguasai' koridor seperti ini sudah termasuk pelanggaran dan penyimpangan dalam kehidupan sekolah. Pelanggaran terjadi ketika sekelompok senior 'menguasai' koridor depan kelas mereka dan melarang junior kelas 10 untuk melewatinya. Pelanggaran tersebut sudah cukup untuk dikatakan sebagai bentuk bullying dimana terjadi penindasan dari oknum senior terhadap junior kelas 10. Penyimpangan terjadi ketika pihak oknum senior menganggap mereka telah melakukan hal yang benar sementara pihak lainnya menganggap hal tersebut salah.

Dari sisi efisiensi, tentu melelahkan apabila siswa kelas 10 harus memutar menghindari koridor depan kelas 11 dan 12. Hal ini dikarenakan ruang kelas 11 dan 12, di sekolah saya, berada di lantai 1 dan 2 sementara ruang kelas 10 berada di lantai 3 dan 4 sehingga kelas 10 harus memutar dengan menggunakan tangga minimal 2 kali. Sementara itu, siswa kelas 10 dapat terkena tekanan psikologis dari tindakan klaim koridor yang dapat membuat siswa junior memunculkan hasrat ingin 'membalas dendam' kepada adik kelasnya nanti.

Adakah solusi terbaik?

Seperti pada paragraf pertama, hampir semua remaja ingin menjadi eksis di lingkungan pergaulannya. Mereka juga ingin memperoleh rasa hormat dari lingkungan pergaulannya, terutama dari rasa ingin menjadi senior yang dihormati oleh junior. Namun, cara yang mereka lakukan demi memperoleh hormat dari junior itu lebih terkesan memaksa dan otoritarian. Yang disayangkan, cara tersebut terus dipakai dari generasi ke generasi karena terkesan efektif untuk mendapatkan hormat dari junior secara praktis.

Solusi terbaik yang dapat dilakukan adalah berusaha agar setiap pihak dapat bahu membahu dalam menghilangkan kebiasaan buruk ini. Remaja-remaja dapat mencari cara-cara yang baik agar tidak ada lagi perilaku menindas. Pihak guru harus bisa menjadi teladan dan pengendali bagi siswa-siswi di sekolahnya. Sementara, pihak siswa-siswi kelas 10 harus selalu menghormati senior-senior mereka secara baik dan wajar. Ada baiknya juga agar semua pihak dapat melakukan introspeksi terhadap perilaku diri sendiri.

Pada akhirnya, kita sendiri yang akan menentukan masa depan perilaku ini. Dan pada akhirnya pula, semua pihak harus bekerja sama untukmenghilangkan tradisi semacam ini untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun