Dari permasalahan itu saya dapat menarik sedikit kesimpulan bahwa itu semua bukan semata-mata kesalahan sang anak, namun ada peran orang tua dan faktor lain yang menjadi faktor pendukung.Â
Namun tidak dapat dipungkiri, jika para remaja melakukan hal yang buruk tetap berawal dari kesalahan diri sendiri, mengapa demikian? Karena setiap individu memiliki ideologi dan prinsip, kedua unsur tersebut muncul sendiri dari pikiran mereka, yang mana setelah itu mereka akan mendapatkan sebuah pilihan, untuk menjadi remaja yang baik atau malah menjadi remaja yang meresahkan.
Dalam sebuah kesempatan saya berbincang-bincang dengan rekan saya yang berinisial AF, dia mengatakan bahwa pada realita yang ada, lingkungan pedesaan juga tidak kalah parahnya di banding kehidupan di kota, sama persis dengan realita yang telah saya saksikan mengenai kehidupan remaja di desa.Â
Banyak pemikiran yang berasumsi bahwa pemuda desa lebih kalem dan taat, namun bisa saya katakan itu hanya 35% saja. Banyak sekali remaja desa yang bertingkah laku keliru seperti mabuk-mabukan dan balapan liar. Narkoba sedikit lebih sulit untuk menerobos pedesaan, lantaran aksesnya yang lebih rumit, namun tetap saja, masyarakat resah dengan kelakuan remaja. Jika diberi kisaran, sekitar 3-4 kali dalam satu bulan
Beberapa remaja akan berpatungan untuk membeli 1 botol minuman keras, dan hampir setiap malam minggu mereka mencari hiburan dengan melakukan aksi balap liar. Kembali lagi, bahwa kita tidak bisa menyalahkan remaja, dan itu juga tidak lepas dari faktor lain seperti orang tua yang terlalu acuh dan memberi remaja kebebasan yang pada nyatanya di jadikan sebagai peluang mereka untuk bertindak yang tidak wajar.
Remaja yang sudah berada pada titik dekadensi moral akan cenderung memiliki emosi tinggi dan tidak terkontrol, bahkan meluapkan segala sesuatu dengan kekerasan sehingga tawuran antar remaja tidak bisa dielakkan. Dari pemaparan ini saya bisa memberi pandangan bahwa pada nyatanya kenakalan remaja dapat berhubungan antara satu kasus dengan kasus lainnya. Karena kemerosotan moral yang di alami remaja ternyata malah membawa petaka.Â
Sebagai remaja yang memiliki kesadaran penuh, haruskah kita berpangku tangan dan melihat rekan seperjuangan kita yang hanya menghamburkan waktu dengan kesia-siaan? Tidak, meskipun kita bukanlah remaja terbaik, namun dengan kesadaran yang kita miliki, kita mampu membantu mereka sedikit demi sedikit dengan kepedulian kita. manusia itu kompleks, dalam sebuah ungkapan dari Ibnu Sina, menyebutkan bahwa " manusia itu bukan tetesan dalam samudra, namun manusia adalah samudra dalam bentuk tetesan" dari ungkapan tersebut sedikit kita bisa memetik sebuah kesimpulan bahwa, membantu seorang rekan untuk berubah, adalah sesuatu yang sangat mulia, karena kompleksnya hakikat manusia. Sekia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H