Mohon tunggu...
Hilal Ardiansyah Putra
Hilal Ardiansyah Putra Mohon Tunggu... -

Pengiat Literasi Kutub Hijau

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Antara Kompeni dan PDIP

12 April 2015   11:15 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:13 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai partai pemerintahan, PDIP nampak sangat kuat dibanding dengan parpol lainnya. Hal itu bisa dilihat dari sudut pandang lancarnya agenda monas yang baru saja digelar di Bali. Dalam monas tersebut, sang Empunya partai, Megawati, kembali terpilih secara aklamasi sebagai pemuncak partai untuk kesekian kalinya.

Monas yang di gelar di Bali tersebut, Nampak dari sorotan media lancar-lancar saja. Tidak ada gontokan antar petinggi partai. Tidak Nampak dualisem dukungan seperti pada monas parpol lainnya. Apakah ini sebuah kesengajaan atau kebetulan ?.

Sengaja atau tidak sengaja, nampaknya PDIP adalah partai yang memang sudah terarah dengan satu kepemimpinan mutlak Megawati. Para kadernya dibersihkan dari sikap fanatisme terhadap petinggi partai yang lainnya, dan hanya digiring untuk loyalis kepada Megawati. Mungkin itulah salah satu faktor yang melatarbelakangi suksesnya Monas mereka.

Sebagai partai pengguasa, dengan Kadernya sebagai Presiden, PDIP memang sudah terlihat mapan untuk memegang kekuasaan di Indonesia. Jika diurut kebelakang, selama kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), PDIP memang sedang sibuk dan intens untuk mempersatukan kalimat para anggotanya, mulai dari tinggkat akar rumput sampai atas. Itu semua dilakukan untuk memperlancar jalannya kekuasaan mereka. Supaya PDIP tidak pecah tatkala mereka menduduki kursi kepemimpinan Negara ini.

Namun ada suatu keanehan dari sisi yang lain. Kita bisa melihat pada kongres-kongres parpol oposisi yang beberapa waktu lalu dilaksanakan. Mulai dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dalam pemilihan puncak kepemimpinannya, PPP mengalami masalah pelik hingga memecah interen partai menjadi dualisme kepemimpinan. Satu di tangan Surya Darma Ali, dan satunya lagi berada di tanggan Hurmuzi. Selanjutnya, Partai Amanat Nasional (PAN). Sempat beredar di media-media jika PAN juga pecah ketika kongres. Satu di tanggan Hatta Rajasa, satunya lagi di tangan ketua MPR. Dan yang sekarang masih hanggat adalah pecahnya GOLKAR yang belum juga sampai ujung. Persetruan antara Abu Rizal Bakhri dengan Agung laksono masih ruwet dan mungkin akan sulit untuk mengakhirinya.

Sekarang yang menjadi pertanyaan, menggap saat Monasnya PDIP berjalan lancar, dan Monas atau Konggres parpol OPOSISI ribut dan ruwet minta ampun ?

Kita bisa saja mengatakan, mungkin ini adalah sebuah bentuk Konspirasi yang digunakan oleh Partai pengguasa, dalam kasus ini adalah PDIP, untuk menancapkan kekuatannya dengan cara memperlemah barisan perpol oposisi sehingga parpol oposisi sibuk dengan urusan interennya dan lupa dengan kepemimpinan PDIP di pemerintahan.

Jika opini ini adalah kenyataan, maka kita bisa mengatakan PDIP adalah KOMPENI Modern. menggunakan politik adu domba (devit et empera) yang digunakan kompeni untuk melemahkan kesultanan-kesultanan di Indonesia supaya mereka bisa aman-aman saja menjajah Indonesia.

Jika parpol koalisi-oposisi sudah loyo, jelas PDIP tidak akan punya tandingan lagi dalam pemerintahan, kecuali sebagian rakyat yang masih sadar dan berharap kebaikan untuk Bangsa Indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun