Mohon tunggu...
chilmi nisa
chilmi nisa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Yuk Kenali Problematika Anak Balita

8 November 2018   19:55 Diperbarui: 8 November 2018   20:18 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada artikel sebelumnya sudah saya ulas sedikit tentang pertumbuhan batita, untuk artikel kali ini akan saya bahas mengenai problematika yang dialami anak usia di bawah 6 tahun. Apa sih arti problematika itu ? problem atau (masalah) yang dialami anak usia 6 tahun kebawah. 

Perkembangan pada anak usia dini akan mempengaruhi perekembangan pada fase berikutnya. Jika anak usia dini dalam pengasuhan yang benar dan sesuai dengan karakter anak maka mampu menghadapi di tugas perkembangan (task development) berikutnya, dan sebaliknya ketika anak usia dini dalam pengasuhan yang salah atau perlakuan yang salah pada anak (child abuse). Sehingga dibutuhkan pemahaman tentang usia dan permasalahan untuk membantu tumbuh kembang anak agar optimal sesuai dengan tahapan kemampuan yang harus dimiliki anak.

Sebagai orangtua atau pengasuh yang baik kita harus memperhatikan perkembangan emosi yang dibutuhkan anak usia dini, yang meliputi: segala bentuk hubungan yang erat, hangat dan menimbulkan rasa aman serta percaya diri sebagai dasar dari perkembangan selanjutnya, yang ini mutlak perlu diperhatikan oleh orang tua ataupun guru sejak dini. Namun sebaliknya, tindakan-tindakan pengasuhan yang salah atau keliru, sering disebut sebagai tindakan abuse, sedikit banyak membuat individu yang menjadi pribadi yang sulit untuk beradaptasi ataupun melakukan coping behaviour terhadap persoaalan yang dihadapinya.

Dibawah ini akan dijelaskan beberapa problematika anak usia 3-6 tahun:

  • Penakut
  • Rasa takut merupakn salah satu bentuk kecemasan, emosi ini ynag sebenarnya normal dialami. Namun demikia, jika takut yang dirasakan anak berlebihan akan mengganggu aktifitasnya. Diagnostik stasstik dan Satisticak Manual (DSM-III-R) mengemukakan perasaan takut mendasarkan sebagai berikut:

Fobia spesifik adalah rasa takut yang tidak realistic terhadap stimulasi spesifik seperti; hewan, ketinngian, dan senridirian. Fobia sosial disebut juga gagguan kecemasan sosial. Ditandai dengan ketakutan yang berlebihan akan adanya penghinaan dan rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial seperti ; di depan publik, perkumpulan, dsb.

  • Agresif
  • Anak usia 2 sampai 6 tahun belajar melakukan hubungan sosial degan orang di luar lingkungan rumah,terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar sama dengan menyesuaikan diri dalam kegiatan bermain pada saat ini, anak belajar mengajak temannya bermain, dan belajar untuk berbagai mainaan.
  • Salah satu bentuk perilaku anak yang mengalami kesulitan perkembangan sosial adalah anak berperilaku agresif. Agresif adalah tingkah laku menyerang baik secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai pernyataan adanya rasa permusuhan. Tingkah laku agresif ini memgakibatkan kerugian atau melukai orang lain.
  • Pemalu
  • Mengatakan rasa malu sebagai reaksi emosional yang tidak menyenangkan, yang timbul pada seseorang akibat adanya penilaian negatif terhadap dirinya.
  • Perasaaan malu menimbulkan keasadaran diri pada aanak yang cukup tinggi, terutama kekurangan dirinya karena tida dapat memenuhi harapan orang lain. Meskipun kesadaran ini belum tentu benar, tetapi keadaan itu tetap menimbukan rasa tidak nyaman pada anak. Akibatnya anak tidak berani berkomunikasi dan mengekspresikan diri apa adanya.
  • Emosi yang negatif ini dapat menghambat dan mengganggu anak ketika berhubungan dengan orang lain. Rasa ketidak nyamanan ini menyebabkan anak lebih senang meyendiri, menarik diri, tidak ada kontak dengan lingkungannya, dan lebih asik dengan dirinya sendiri. Anak pemalu akan tampak kaku dalam bergaul.
  • Temper Tantrum
  • Anak temper tantrum adalah anak yang marah secara berlebihan. Perilaku ini sering terjadi pada anak usia 4 tahun. Kebiasaan mengamuk akan lebih sering dilakukan bila anak mengetahui bahwa dengan cara ini keinginaan akan dipenuhi.
  • Enuresis (mengompol) dan Encopresis (buang air besar di celana)
  • Masalh buang air kecil disebut juga mengopol atau enuresis adalh kemampuan anak menahan dan melepaskan keinginan buang air kecil, seperti di sekolah ataupun pada saat tidur. Secara biologis, anak usia TK sudah tidak lagi mengompol, karena otot-otot yang menagtur kontraksi urin sudah berkembang secara sempurna (Kusuma, 1997). Sedangkan encopresis adalah buang air besar disembarang temapat. Sepert halnya enuresis, pada anak usia TK harusnya hal ini sudah tidak terjadi lagi.

Seharusnya orang tua dapat melakukan penanganan terhadap enuresis dan encopresis baik sebagai penanganan, pelatihan, maupun sebagai terapi bagi anak yang mengalami enuresis dan encopresis. Penanganaan praktis ini dapat dilakukan melalui toilet trainin. Toilet training merupakan usaha orang tua maupun pendidik untuk melatih anak agar mampu mendidik sendiri saat buang air kecil dan besar. 

Pada umumnya saat yang tepat lakakukan toilet training adalah setelah mulai dapat berjalan kurang lebih anak umur 2 tahun. Kebiasaan buang air kecil pada tempatnya lebih lama waktunya untuk latihan dibanding dengan latihan buang air besar. Orangtua juga tidak boleh memarahi anak ketika anak itu sedang tantrum atau tempertantrum mengapa demikian ? Karena saat itu kondidsi emosi anak tidak stabil maka harus di dekap dari belakang selama beberapa menit kemudian ketika anak itu mulai diam kita tanya baik-baik, apa yang menyebabkan marah ? keinginan apa yang belum terpenuhi ? dan lainnya.

Semoga bermanfaat terimakasih ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun