Kali ini sang murid dibuat benar-benar bingung, setelah diperintahkan untuk memenggal, kemudian sekarang di suruh melihat sisah perbuatannya, tetapi karena itu perintah maka dengan sekuat hati dia harus bisa tahan melihat wajah ayahnya yang sudah tak bernyawa lagi.
Beberapa menit kemudian, sampailah dia kembali ke rumah, tanpa berbasa basi lagi, didekati sebuah kepala manusia yang tetap tergeletak di atas lantai yang lusuh,berlahan pandangannya terteguk, setelah diamati, bukannya menjadi jelas, malah semakin menimbulkan sebuah pertanyaan, sebab kepala tersebut bukan merupakan kepala dari seseorang yang selama ini dia kenal, melainkan kepala dari orang lain.
“Wahai anakku mengapa engkau bisa tahu kalau ibumu sedang dalam bahaya?” lantunan suara lembut memecah rasa heran dari murid tadi
“Ibu, memangnya apa yang sebenarnya terjadi? Saya tadi hanya menjalankan perintah dari Syeikh”
“Shubhanallah, ibu tadi sedang di perkosa oleh orang ini, tatkala ayah kamu sedang keluar kota”
Mengetahui sebuah hikmah dari perintah tersebut, sang anak lantas tak henti-hentinya mengumandangkan lantunan syukur sembari memeluk sang ibu. Begitu indah nan damai tatkala rasa cinta (Mahabbah) menghiasi relung hati setiap manusia, sungguh dunia tak akan berwarna tanpa Anugerah Cinta dari sang Maha Kuasa.
maka tak heran bila di salah satu acara televisi saat sahur sering memutar lagu
Hidup Tanpa CInta Bagai Taman Tak Berbunga,
hai begitulah kata para pujangga
aduh hai begitulah kata para pujangga
Bangil, 25 Juli 2012