Mahasiswa adalah agen perubahan", nampaknya harus kita mempersiapkan diri sedini mungkin.Â
Dewasa ini mewajibkan kita untuk menghadapi tiap rangkaian realita yang kebanyakan tidak sesuai dengan ekspektasi. Namun sesuai dengan slogan yang selalu di gembor-gemborkan ketika kita berada di dunia perkuliahan bahwa "Terlebih bagi kita para wisudawan/wisudawati yang baru- baru ini telah sah menerima amanah atas penyematan tanda gelar tepat dibelakang namanya. Para sarjana baru atau yang biasa disebut dengan fresh graduate dapat dikatakan masih hangat-hangatnya dalam menjalankan misi tugasnya, baik dalam hal etos kerja maupun perencanaan action sekaligus.Â
Jadi, mereka dinilai paling pas dan efektif menempati segala posisi jabatan-jabatan strategis dengan harapan dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya agar lebih maksimal.
Pada awal masa-masa seperti ini, tentu banyak sekali keinginan yang memenuhi list rancangan untuk sesegera mungkin diwujudkan. Namun, pada realitanya tidak semua yang kita harapkan dapat terjadi persis sesuai dengan alur cerita yang kita kehendaki. Maka sudah sepantasnya kita harus bisa menjadi pribadi yang dinamis dan menyiapkan alternatif perencanaan jika saja plan awal kita gagal dalam proses perjalanannya.
Benar saja, menurut survei yang dilakukan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi, dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mencatat setiap tahunnya lahir sekitar 1,7 juta sarjana baru. Angka yang cukup besar untuk bisa melakukan action perubahan dalam berbagai lini kehidupan.
Namun realita mencatat di tahun 2021 jumlah pengangguran di Indonesia sebanyak lebih dari 8 juta sarjana, meningkat 26,3% dibanding tahun 2020. Banyak hal yang mempengaruhi adanya lonjakan tersebut, diantaranya :
-Kesempatan kerja yang terbatas
-Kualifikasi pekerjaan yang tidak sesuai
-Minimnya kemandirian pencari kerja untuk berwirausaha
Dan mungkin masih banyak lagi alasan-alasan yang melatarbelakanginya. Maka sudah sepantasnya kita mempersiapkan diri untuk sedikit mengesampingkan stigma yang telah berkembang dimasyarakat bahwa setelah sah nya penyematan gelar seorang sarjana harus diikuti dengan pencapaian-pencapaian yang luar biasa pula. Salah satunya dengan mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak dan sesuai dengan apa yang ia tekuni selama menjadi seorang mahasiswa.
Padahal pada kenyataannya tidak semua orang memiliki alur kehidupan yang sama. Ada yang langsung diterima saat melamar pekerjaan, ada yang berkali-kali tak kunjung mendapat panggilan jua. Bahkan ada pula yang bernasib baik dilamar pekerjaan dikarenakan etos kerja, dedikasi yang tinggi, maupun keloyalan dll, yang sudah nampak semenjak ia masih menjadi mahasiswa.
Sejatinya stigma-stigma yang berkembang di masyarakat hendaknya jangan kita jadikan tolak ukur akan kesuksesan seseorang.Â
Lakukan kebaikan sekecil apapun dan selalu tebarkan kebermanfaatan dari dalam diri untuk kemaslahatan umum.
    "Khoirunnas Anfauhum Linnas"
( Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain)
Maka tidak ada salahnya jika kita mencoba untuk menjadi seorang wirausahawan dengan skill yang telah kita miliki. Bukan hanya diam dan menunggu panggilan untuk mendapatkan pekerjaan seperti yang kita harapkan.Â
Tanamkanlah rasa percaya diri dan keyakinan bahwa kita bisa menjadi seorang PENCIPTA LAPANGAN KERJA bukan hanya sebagai PEKERJA.
  "You can never cross the ocean until you have the courage to lose sight of the shore" {Kamu tidak akan pernah bisa menyeberangi lautan sampai kamu memiliki keberanian untuk melupakan pantai}.Â
Keep Fighting guys  :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H