Mohon tunggu...
Fransiska Yohana
Fransiska Yohana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Pendidikan Biologi

Mahasiswi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tak Hanya Gajah Sumatera, Taman Nasional Way Kambas Juga Melindungi Beragam Hewan Terancam Punah Lainnya

20 Desember 2023   23:40 Diperbarui: 21 Desember 2023   00:03 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lampung.viralpublik.com

Jika kamu mendengarkan Taman Nasional Way Kambas, apa yang terlintas dipikiran kamu? Taman Nasional Way Kambas merupakan taman nasional sebagai kawasan perlindungan gajah. Selain untuk melindungi gajah dari kepunahan, Taman Nasional Way Kambas juga menjadi pusat pelatihan gajah. Taman Nasional Way Kambas terletak di Lampung Timur, Indonesia.

Taman Nasional Way Kambas berdiri tahun 1985 sebagai sekolah gajah pertama yang ada di Indonesia. Taman Nasional Way Kambas juga sering dikenal dengan PLG atau Pusat Latihan Gajah. Namun, seiring berjalannya waktu namanya berubah menjadi PKG atau Pusat Konservasi Gajah. Ternyata di Taman Nasional Way Kambas tidak hanya melestarikan gajah, namun terdapat International Rhino Foundation yang bertujuan untuk melestarikan badak agar tidak mengalami kepunahan.   

Taman Nasional Way Kambas ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam. Ditetapkannya kawasan pelestarian alam, karena untuk melindungi kawasan yang terdapat di TNWK yang memiliki beberapa satwa liar seperti Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Tapir (Tapirus indicus), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa Sambas (Cervus unicolor), Kucing Emas (Caracal aurata), dan Beruang Madu (Helarctos malayanus).

Taman Nasional Way Kambas termasuk konservasi in situ. Konservasi in situ merupakan pelestarian yang dilakukan untuk melindungi spesies pada habitat aslinya. Taman Nasional Way Kambas juga sebagai tempat wisata atau rekreasi yang sering dikunjungi masyarakat umum untuk edukasi. Selain itu, banyak penelitian yang dilakukan di Taman Nasional Way Kambas. Gajah Sumatera menjadi salah satu spesies yang menarik perhatian karena dapat melakukan berbagai atraksi. Namun, sayangnya populasi gajah Sumatera semakin berkurang dan terancam punah.

Menurut Jurnal Penelitian Sains, 2023 Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu spesies terancam punah dan sudah ditetapkan sebagai satwa langka berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990. Gajah Sumatera yang telah dilestarikan dan dilatih di TNWK, akan di pelihara di Kebun Binatang yang terdapat di Indonesia dan ada juga yang dilepasliarkan pada habitat aslinya di hutan Way Kambas.

Terdapat beberapa faktor penghambat pelestarian gajah pada Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas seringkali mengalami kebakaran hutan. Penyebab kebakaran hutan belum diketahui secara pasti. Namun, banyak masyarakat menduga kebakaran hutan disebabkan karena musim kemarau yang menyebabkan kekeringan pada lahan. Jika hutan TNWK terbakar, maka banyak fauna kehilangan tempat tinggal dan sumber makanan. Gajah liar seringkali keluar dari kawasan hutan Way Kambas dan masuk ke pemukiman warga sekitar sehingga menjadi konflik dengan manusia. Umumnya, perburuan liar gajah Sumatera bertujuan untuk diambil gadingnya dan diperjualbelikan secara illegal untuk menambah perekonomian pemburu. Selain itu, gajah merupakan spesies yang memiliki masa kehamilan dalam jangka waktu cukup lama sekitar 22 bulan sehingga populasi gajah sulit bertambah.

Selama masa pandemi Covid-19 tahun 2020 Taman Nasional Way Kambas sempat ditutup. Tidak ada satupun wisatawan yang boleh masuk, kecuali telah mendapatkan izin dari petugas keamanan TNWK. Namun, ada kabar gembira karena pada 20 Desember 2023 TNWK akan kembali dibuka dengan mengadakan konsep yang baru seperti pengunjung diperbolehkan memandikan, memberi makan, dan foto bersama gajah.  Pada konsep baru TNWK, pengunjung tidak diperbolehkan menunggangi gajah dan tidak ada atraksi gajah sebagai penerapan wisata konservasi dan menyejahterakan gajah.

Fransiska Yohana Auria Cika Pratiska

Mahasiswi Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun