Namun, intensitas pemakaian media sosial menjadi hal yang dikhawatirkan. Adanya pemakaian internet maka akan berpengaruh terhadap menurunnya kontak secara langsung, adanya isolasi sosial, stress, depresi dan kurang tidur. Seluruh pengaurh ini tentunya akan mengakibatkan terganggunya kesehatan mental pada arah yang kurang baik  (Sudrajat, A. 2020)
Kesehatan mental adalah individu yang dapat tumbuh, berkembang dan matang di kehidupannya, dapat bertanggung jawab, dapat menyesuaikan dalam melakukan partisipasi terhadap pemeliharaan aturan sosial dari masyarakat (Taqwa, 2018 dikutip dari W., M.B.P., & Saputra 2020).
Kesehatan mental tentunya merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan bahkan menjadi sebuah isu hingga saat ini. Kesehatan mental dengan kesehatan fisik adalah permasalahan yang sama pentingnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan WHO yang mengatakan bahwa sehat tidak hanya terbebas dari penyakit fisik namun juga adalah situasi di mana suatu individu ini sejahtera, sejahtera dalam artian baik secara fisik, mental ataupun sosial  (W., M.B.P., & Saputra 2020)
Jika berbicara mengenai kesehatan mental, ternyata dalam pemakaian media sosial juga dapat mengakibatkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental seperti adanya kecemasan, depresi, gangguan tidur dan masih banyak lagi. Berbagai penelitian tentunya difokuskan pada remaja dikarenakan penggunaan media sosial oleh remaja memiliki persentase yang tinggi seperti yang telah diuraikan di atas. (W., M.B.P., & Saputra 2020)
Adanya gangguan kesehatan mental ini tentunya sangat berkorelasi dengan adanya intensitas penggunaan media sosial yang tinggi. Salah satu dampak negatif yang terjadi pada gangguan kesehatan mental ini adalah adanya sikap apatis dari remaja. Penyebab dari adanya sikap apatis ini adalah karena kurangnya interaksi sosial secara langsung yang berujung pada rendahnya kepekaan sosial akibat remaja yang terlalu menggunakan media sosial dengan intensitas yang tinggi (Efendi, 2017 dikutip dari Pratama & Sari, 2020).
Sikap apatis tersebut tentunya merupakan hal yang buruk karena seseorang menjadi tidak peduli terhadap kehidupan sosialnya. Seorang remaja yang memiliki sikap apatis tentunya hanya akan peduli terhadap apa yang diminatinya yaitu menggunakan media sosial tanpa batas. Dalam sebuah penelitian juga disimpulkan bahwa semakin tinggi intensitas penggunaan media sosial maka sikap remaja tersebut akan semakin apatis (Pratama & Sari 2020)
Dampak negatif lain dari adanya intensitas pemakaian media sosial pada remaja adalah adanya kepribadian yang narsistik. Kepribadian narsistik tentunya merupakan gangguan kesehatan mental karena diakibatkan adanya ego yang tinggi dan sikap yang berlebihan untuk mengagumi diri sendiri (Sari, D.P, 2021)
Dampak negatif ini tidak hanya bagi para pemakai media sosial tersebut namun juga seringkali orang lain yang menjadi korban. Pemakaian media sosial yang berlebihan akan mengakibatkan seseorang memiliki waktu untuk mengujar kebencian terhadap orang lain. Korban tentunya terkena perundungan siber atau yang sering dikenal dengan cyberbullying.
Akibat yang ditimbulkan dary cyberbullying tentunya berkaitan dengan kesehatan mental seseorang karena menyebabkan kerugian baik secara psikologis, adanya rasa menderita dan adanya rasa trauma yang dialami oleh korban. (Sam, Bruce, Agyemang, Amponsah, & Arkorful, 2017 dikutip dari Ningrum & Anna, 2020). Kasus cyberbullying yang terjadi di Indonesia juga cukup tinggi dengan persentasi 80% (Ningrum & Anna 2020)
Dari berbagai uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa penggunaan media sosial dengan intensitas yang tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental. Gangguan kesehatan mental ini dapat terjadi secara langsung maupun sebagai korban. Contoh gangguan kesehatan mental akibat penggunaan media sosial ini adalah adanya sikap apatis dan kepribadian yang narsistik dan sebagai korban adalah mengalami cyberbullying.
DAFTAR PUSTAKA