Diary, aku merasa bodoh. Selama ini aku dilanda gulana dan keresahan seakan meragukan Tuhan yang kumiliki. Satu buah emas yang baru saja kupetik: Tuhan sudah menyediakan yang kubutuhkan di sekitarku. Aku hanya perlu menyadari, melihat, dan membuka hati.
Diary, terakhir ini aku baru sadar, engkau bagaikan air tenang yang bersedia menampakkan bayanganku sendiri –cermin.
Kehidupan rasanya kian nyata. Segar. Seolah aku baru saja bangun dari tidur panjangku yang lelap; bebas dari batasan dunia mimpi. Dan kini, hidupku baru saja akan dimulai.Â
Â
Terimakasih.
Terimakasih, Diary.
Terimakasih, bayanganku.
Â
Â
Selamat Tinggal!
Aku tak akan merindukanmu.