Lamongan terkenal dengan kulinernya yang khas, Lamongan sudah menjadi label tersendiri dalam dunia kuliner. Soto Lamongan dan Pecel lele Lamongan, Kuliner yang sangat melekat dengan nama Lamongan.Â
Pecel lele, identik dengan sebuah kabupaten kecil bernama Lamongan. Tapi, apakah kalian tahu kalau warga Lamongan sebetulnya tidak boleh makan lele?
Larangan makan lele bagi warga Lamongan sudah ada sejak jaman dahulu, asal-usul larangan ini muncul disebabkan oleh cerita masyarakat yang melegenda, yaitu cerita tentang murid Sunan Giri, Ki Bayapati.Â
Larangan ini dimulai Ketika Sunan Giri III melakukan perjalanan menyusuri Sungai Bengawan Solo dan singgah di sebuah desa yang kini termasuk dalam Kecamatan Glagah, Kabupaten Lamongan. Pada malam itu, hanya terlihat satu rumah yang maish menyalakan lentera yaitu rumah mbok rondo, setelah berbincang dengan Mbok Rondo, Sunan Giri III pergi tanpa menyadari bahwa kerisnya tertinggal di rumah Mbok Rondo.Â
Sesampainya Sunan Giri III menepi di giri, ia baru tersadar bahwa kerisnya tertinggal di rumah mbok rondo, sehingga Sunan Giri III memerintahkan Muridnya yang bernama, Ki Bayapati (yang dikenal sebagai Mbah Bayapati), ditugaskan untuk mengambil keris yang tertinggal. Ia menggunakan ilmu kanuragan untuk mendekati rumah Mbok Rondo secara diam-diam. Namun, Mbok Rondo terbangun dan mengira Ki Bayapati adalah pencuri, sehingga ia berteriak "maling!".Â
Dalam upayanya untuk melarikan diri dari warga yang mengejar, Ki Bayapati menuju sebuah kolam yang dipenuhi ikan lele.Ki Bayapati lompat dan masuk ke kolam ikan lele, Ikan-ikan ini memberikan perlindungan padanya, sehingga warga kesulitan menemukannya karena lele-lele tersebut berkumpul di permukaan air.Â
Setelah berhasil menghindari bahaya, Ki Bayapati keluar dari kolam dan bersyukur atas perlindungan yang diberikan melalui ikan lele. Ia kemudian bersumpah bahwa dia dan keturunannya tidak akan pernah memakan ikan lele lagi. Pantangan ini kemudian menjadi tradisi bagi sebagian warga asli Lamongan, terutama di Kecamatan Glagah dan Desa Medang.Â
Dengan bersumpahnya Ki Bayapati akhirnya anak-cucunya berusaha mempertahankan dan lahirlah berbagai mitos, salah satunya jika warga Lamongan asli makan lele maka akan mengalami sakit gatal-gatal di sekujur tubuhnya.Â
Tapi kenapa malah banyak warga Lamongan yang berjualan pecel lele, baik di Lamongan maupun luar kota?
 Jadi, kasus diatas terjadi di wilayah Utara Lamongan, yang artinya tidak semua masyarakat Lamongan memegang erat mitos tersebut. Lagi pula, masyarakat Utara Lamongan juga banyak yang memilih profesi sebagai peternak ikan, salah satunya ikan lele.Â
Larangan makan lele bagi masyarakat Lamongan bukanlah peraturan yang tertulis dan mengikat. Perkembangan zaman yang membuat warga Lamongan menikah dengan orang luar Lamongan dan merantau ke luar kota juga salah satu faktor mengapa mitos tersebut semakin lama semakin memudar, contohnya saya yang hijrah ke kota sebelah karena harus kuliah di universitas airlangga.Â
Kebiasaan masyarakat Lamongan yang suka dengan makanan pedas juga membuat Masyarakat Lamongan mahir dalam membuat sambal, sehingga sambal Lamongan terkenal karena kelezatannya, yang pada akhirnya pecel lele begitu gampang diterima di lidah masyarakat luar Lamongan, hingga banyak masyarakat Lamongan yang mencoba peruntungannya dengan berjualan pecel lele Lamongan.Â
Walaupun sudah banyak yang meninggalkan mitos tersebut, masih ada juga sebagian masyarakat Lamongan yang tidak makan ikan lele hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H