Mohon tunggu...
chika andriyani
chika andriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Fenomena Kesadaran Bela Negara Di Era Digital Dalam Konteks Ketahanan

16 Desember 2024   16:10 Diperbarui: 16 Desember 2024   16:04 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saat ini, negara-negara menghadapi berbagai tantangan kebangsaan yang kompleks. Di tengah situasi tersebut, semangat nasionalisme, patriotisme, dan kesadaran bela negara, khususnya di kalangan generasi muda di era digital, nampaknya semakin melemah. Hal ini ditandai dengan sejumlah fenomena, seperti meningkatnya sikap kedaerahan yang berlebihan, maraknya fanatisme dan intoleransi agama yang memicu konflik antarumat beragama, tidak diberikannya penghargaan terhadap simbol-simbol negara seperti bendera dan lagu kebangsaan, serta minimnya apresiasi terhadap budaya dan seni lokal. Selain itu, konflik antar etnis yang memicu kekerasan juga menjadi salah satu dampak memudarnya rasa kebangsaan. Penyebab utama dari melemahnya semangat ini meliputi rendahnya kesadaran akan pentingnya bela negara, kurang optimalnya kurikulum pendidikan yang mendukung pembinaan bela negara, serta kurangnya sinergi antara kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah dalam merancang metode serta materi yang relevan untuk membangun kesadaran bela negara di era digital . Dalam kondisi seperti ini, kesadaran generasi muda terhadap pentingnya bela negara perlu terus ditingkatkan melalui pendekatan yang lebih efektif dan terintegrasi.

Memudarnya semangat nasionalisme, patriotisme, dan bela negara di kalangan generasi muda di era digital dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:

Rendahnya kesadaran bela negara

Kurikulum pendidikan dan pembinaan bela negara belum optimal

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah belum sinergis dalam memilih metode dan materi pembinaan kesadaran bela negara

Nilai-nilai bela negara perlu ditanamkan kepada seluruh warga negara untuk memperkuat militansi dan membangun daya tangkal bangsa. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menunjukkan sikap bela negara di era digital, di antaranya:

Menggunakan media sosial dengan baik dan tidak menyebarkan berita hoaks

Bermedia sosial dengan kalimat yang membangun

Mengikuti kegiatan kepemudaan yang bernuansa patriotik, seperti bakti sosial

Mengikuti kegiatan dan pelatihan yang mengedepankan kesadaran bela negara

Kondisi Bela Negara Di Era Digital Saat Ini

Bela negara bukan hanya menjadi tanggung jawab TNI dan Polri, melainkan merupakan kewajiban seluruh elemen bangsa, termasuk generasi muda di era digital. Namun, hingga saat ini, banyak yang masih memaknai bela negara hanya dalam konteks fisik. Tidak sedikit yang menganggap bahwa bela negara identik dengan "angkat senjata" atau mirip dengan "wajib militer". Program bela negara sering dikaitkan dengan kegiatan seperti upacara, baris-berbaris, ceramah, atau pelatihan lapangan yang terkesan semi-militeristik. Akibatnya, banyak generasi muda merasa enggan mengikuti program-program bela negara tersebut.

Pemahaman masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap konsep bela negara tampaknya masih terbatas. Padahal, ancaman nyata terhadap jati diri generasi bangsa saat ini meliputi narkoba, pornografi (termasuk dampak HIV/AIDS dan LGBT), hoaks, serta radikalisme dan terorisme. Di dunia pendidikan sendiri, kekerasan dan radikalisme juga menjadi tantangan serius dengan data yang menyebabkan:

Sebanyak 84% siswa pernah menjadi korban kekerasan di sekolah.

Sebanyak 75% siswa mengaku pernah melakukan tindakan kekerasan di sekolah.

Sebanyak 45% siswa laki-laki menyebut guru atau petugas sekolah sebagai pelaku kekerasan.

Sebanyak 22% siswa perempuan juga mengungkapkan hal serupa.

Sebanyak 40% siswa usia 13-15 tahun melaporkan pernah mengalami kekerasan fisik dari teman sebaya.

Data ini menunjukkan bahwa tantangan bela negara di era digital memerlukan pendekatan yang lebih luas dan relevan, tidak hanya berfokus pada aspek fisik atau militeristik, tetapi juga pada upaya membentuk karakter, kesadaran, dan kepedulian

Saat ini, metode dan materi bela negara masih jarang disajikan dengan pendekatan dialogis atau melibatkan aktivitas yang mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kognitif. Padahal, pengolahan data, informasi, dan pengetahuan yang mendalam dapat memperkuat pemahaman dan keyakinan peserta terhadap empat pilar kebangsaan, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Sayangnya, kesadaran bela negara di kalangan generasi muda era digital masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya rasa peduli dan tanggung jawab dalam memajukan bangsa, seringnya konflik antar pemuda, minimalnya rasa kesetiakawanan sosial, sulitnya menerima perbedaan dengan tulus, hingga rendahnya penghargaan terhadap budaya bangsa sendiri. Di sisi lain, gaya hidup hedonis, pragmatis, dan materialistis semakin berkembang di kalangan generasi muda, yang menyukai situasi ini. Fenomena tersebut mencerminkan lemahnya kesadaran bela negara yang, jika dibiarkan, dapat mengancam ketahanan nasional. Penting untuk segera menghadirkan pendekatan bela negara yang relevan dan menarik, agar generasi muda mampu memahami dan menghayati nilai-nilai persahabatan dengan lebih baik. Upaya ini juga perlu didukung oleh peran aktif berbagai pihak, termasuk pendidikan formal, media, dan keluarga.

Dalam pelaksanaan pelatihan kesadaran bela negara, Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah masih belum bekerja secara sinergis dan cenderung berjalan sendiri-sendiri. Koordinasi yang dilakukan belum melibatkan seluruh pemangku kepentingan terkait, sehingga jejaring strategis antara kementerian, lembaga, pemerintah daerah, dan masyarakat belum terbentuk dengan baik. Selain itu, kegiatan bela negara tidak boleh didominasi oleh satu kementerian atau lembaga saja, karena bela negara bukan hanya tentang urusan militer atau pertahanan semata. Bela negara adalah semangat dan perjuangan jiwa yang harus dimiliki oleh setiap warga negara. Sebagai kewajiban seluruh rakyat, bela negara mencakup berbagai aspek kehidupan, tidak hanya yang berkaitan dengan militer. Pemahaman tentang bela negara harus diperluas untuk mencakup semua bidang kehidupan, karena menjaga negara adalah tanggung jawab bersama yang melibatkan seluruh unsur bangsa.

Pemerintah sebenarnya telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kesadaran bela negara. Beragam regulasi dan infrastruktur pendukung telah disiapkan untuk mengatasi menurunnya semangat bela negara di masyarakat. Karena kesadaran bela negara bukanlah sesuatu yang terbawa sejak lahir, maka hal ini perlu dibangun dan dikembangkan melalui program-program pembinaan yang berkelanjutan. Pembinaan ini dilakukan sejak usia dini hingga dewasa, bertujuan untuk membentuk karakter bangsa yang kuat dan berintegritas. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui peningkatan program pelatihan kesadaran bela negara, optimalisasi kurikulum pendidikan yang relevan, serta memperkuat sinergi antara Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah dalam menyusun dan melaksanakan metode serta materi pembelajaran di era digital. Langkah ini perlu didukung oleh inovasi dalam menyediakan materi agar lebih menarik bagi generasi muda. Selain itu, kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat dan media, sangat penting untuk memperluas jangkauan dan dampak dari pelatihan bela negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun