POTENSI BAHAYA BENCANA DI GONDANG LOR
Lokasi Desa Gondanglor juga berada tepat dibawah tanggul waduk Gondang yang telah berumur kurang lebih 33 tahun. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden Suharto tahun 1987. Waduk ini memiliki luas 6,60 Ha dengan kedalaman sekitar 29 meter. Waduk Gondang mempunyai panjang bendungan 903 m dan tinggi 27 meter dengan tipe bendungan urukan tanah homogen. Walaupun waduk ini masih dalam kondisi baik, tingkat sedimen didasar waduk telah mengalami peningkatan signifikan sehingga daya tampung air waduk tidak lagi seperti saat ketika dibangun. Pada sisi lain perubahan iklim membawa pengaruh pada peningkatan intensitas dan frekuensi curah hujan. Perubahan iklim ini dapat meningkatkan volume air yang masuk ke waduk Gondang. Faktor-faktor kerentanan lain seperti anak di bawah umur, penduduk di atas umur, disabilitas, dan ibu hamil yang cukup tinggi di Desa Gondanglor mendorong diperlukannya suatu prosedur kesiapsiagaan bencana. Warga desa perlu dipersiapkan untuk menghadapi potensi jebolnya waduk Gondang. Warga desa perlu mengetahui rangkaian tindakan yang perlu dilakukan saat status tinggi air di waduk berubah menjadi awas.
Berdasarkan kajian dari Inarisk, Desa Gondanglor memiliki bahaya  banjir tingkat rendah hingga tinggi. Persebaran wilayah yang memiliki tingkat bahaya banjir sedang hingga tinggi berada di wilayah utara desa. Sedangkan tingkat bahaya rendah ada di sisi selatan desa. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi topografi desa, yaitu sisi utara lebih tinggi daripada sisi selatan desa. Adapun kondisi persebaran tingkat bahaya banjir di Desa Gondanglor dapat dilihat pada gambar peta berikut:
Secara akademis, salah satu pendekatan sebagai langkah menekan risiko di suatu lokasi yang memiliki banyak potensi ialah dengan cara meningkatkan kesiapsiagaan berbagai komponen yang terlibat. Komponen yang dimaksud bisa berupa sarana dan prasarana setempat juga masyarakat sebagai penduduk dan pelaku kegiatan di sekitar lokasi. Kesiapsiagaan bisa dilihat dari ada atau tidaknya sarana pendukung mitigasi bencana dan respons masyarakat setempat jika hal-hal yang tak diinginkan benar-benar terjadi. Tim kami berfokus kepada penyusunan Standard Operating Procedures (SOP) evakuasi potensi tanggul jebol. Dokumen yang disusun diharapkan dapat menjadi pegangan atau panduan masyarakat dan tim penanggung jawab ketika terjadi bencana terkait Waduk Gondang, misal tanggul bocor ataupun jebol.
Keseluruhan proses ini melibatkan masyarakat, terutama Pemerintah Desa Gondanglor, yaitu mulai dari pengumpulan dan analisis data, penentuan titik kumpul dan jalur evakuasi, hingga penyusunan SOP. Pengumpulan data dilakukan berupa survei dengan terjun langsung ke Desa Gondanglor, di mana Waduk Gondang berada. Wawancara dengan warga setempat dilaksanakan dengan mengacu kepada kuesioner yang telah disusun. Kuesioner tersebut memuat pertanyaan seputar kesiapan masyarakat setempat (serta perangkat desa dan lembaga terkait) dan ketersediaan sarana pendukung mitigasi bencana. Selain itu, focus group discuccion (FGD) juga kami lakukan bersama perangkat desa dan dusun setempat. Secara keseluruhan, masyarakat cukup menyambut dengan baik dan mendukung kegiatan tim selama di Desa Gondanglor. Bahkan, setelah FGD, tim kami bersama perangkat desa berkesempatan mengunjungi lokasi wisata, peninggalan bersejarah, dan lokasi yang berpotensi menjadi destinasi wisata baru. Tidak lupa, kegiatan tersebut juga dibarengi pengumpulan data sebagai agenda utama survei lapangan tim abdimas. Pengambilan gambar dan video banyak dilakukan sebagai dokumentasi karena hal ini cukup penting sebagai gambaran kondisi setempat. Selain itu, data-data penting terkait Desa Gondanglor juga kami dapatkan dari instansi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Pusat Statistika (BPS), serta Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lamongan dengan mengikuti tahapan-tahapan birokrasi setempat.
Data-data yang telah dikumpulkan akan dianalisis sebagai dasar penyusunan SOP evakuasi potensi tanggul jebol. Dokumen SOP yang telah disusun akan dibahas kembali bersama masyarakat, khususnya Pemerintah Desa Gondanglor. Hal ini merupakan salah satu langkah  mewujudkan Program Desa Tangguh Bencana (Destana) yang ada di tingkat daerah juga nasional. Selain luaran berupa dokumen SOP, diharapkan dapat dibentuk tim penanggung jawab yang ada di masing-masing dusun atau beberapa bagian desa. Tim ini akan mengkoordinasikan masyarakat jika terjadi bencana di desa tersebut dengan memperhatikan beberapa hal penting. Misalnya, orang-orang berkebutuhan khusus, orang-orang berusia lanjut, ibu hamil, dan anak-anak haruslah diprioritaskan selama proses evakuasi. Selain itu, masyarakat harus diarahkan menuju titik kumpul sesuai jalur evakuasi yang telah ditentukan. Jika proses evakuasi bisa mengacu kepada SOP yang disusun, diharapkan segala prosesnya berjalan lancar dan kerugian yang diakibatkan bencana dapat ditekan.
Dengan begitu, besarnya potensi wisata setempat tidak kalah tertutupi karena kekhawatiran bencana yang mungkin terjadi akibat kerusakan tanggul di Waduk Gondang meskipun pada awalnya lokasi setempat termasuk ke dalam lokasi dengan kerentanan tinggi. SOP kesiapsiagaan waduk jebol ini terdiri dari Aman, Waspada, Siaga dan Awas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H