"Sakitnya tuh di sini" ... jargon ini sekarang bukan melulu milik para "abg galau" alias "alayers" alias "galauers"--sebutan bagi mereka yang suka curhat dan bikin status melow di media sosial. Beberapa bulan terakhir-terutama sepanjang proses pilpres hingga pasca terpilihnya Jokowi-JK sebagai Presiden wakil presiden RI ke-7 per oktober lalu, virus galau makin mewabah di seantero negeri ini.
Bagaimana virus tidak kian menyebar bila hampir tiap hari kita terus menerus disuguhi tontonan di televisi, di media sosial, di media online, di koran-koran yang hampir semuanya menampung dan seakan-akan menjadi "keranjang sampah"nya para galauers yang ingin curhat. Saking ganasnya virus, sampai-sampai sayapun jadi ikut-ikutan "mendadak galau"Â sehingga tergerak untuk menuliskan catatan ringan ini. :)
Begitulah, kegalauan itu terus dipertontonkan berganti-ganti antara dua kubu yang saling berhadapan di Pilpres lalu, yakni kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Usai menyaksikan kegalauan kubu Prabowo dengan Koalisi Merah Putih (KMP)nya yang gagal mengusung sang calon presiden menuju RI 1 2014-2019, kini giliran kita melihat bagaimana kegalauan koalisi Indonesia Hebat! yang digawangi PDI-P. Sebagai partai pemenang Pemilu, apa gak sakit tuh beberapa kali dipecundangi oleh KMP di senayan? setelah kalah voting di RUU Pilkada, MD3, kemudian tak mampu memenangi satupun kursi pimpinan dewan ?? ... Sakitnya tuh di sini !!
Pasti makin sakit kalau tiba-tiba muncul 'kisah imaginer' di benak kita tentang bagaimana KMP yang kini mempunyai banyak julukan di medsos sebagai kelompok siberat, the brandals, bolo kurowo, prahara menyusun strateginya di sebuah obrolan santai, ketawa ketiwi sambil nyeruput secangkir ngopi di warung Mbok Darmi.
"Gimana nih Ri ..Fahri ... gimana kalau pas rapat paripurna nanti mic-nya PDI-P and the geng dimatiin aja? Biar kapok dan nggak bisa interupsi he he," kata Fadli Zon (Sekjend Gerindra).
"Terserahlah .. tapi ide bagus itu, yang penting gimana PDI P dan konco-konconya ngambek, terus walkout-lah di rapat paripurna," jawab Fahri Hamzah (PKS).
Terus kata Setyo Novanto (Golkar): "Sepakat !!.. gampang itu, masalah teknislah. Teuh Popong pimpinan rapat ntar aku bilangi. Harus tegas, otoriter .." sambung Setyo.
"Oke? berarti sepakat ya ... Kita, terutama kita bertiga ini harus solid. Kita ini soulmate, satu hati, satu jiwa, satu nasib karena jadi incaran KPK .. makanya pilihan pimpinannya nanti diarahkan, dibikin saja sistem paket dan kita yang mengendalikan semuanya. Apapun yang terjado kita harus selamat ... bergerak cepat .. terutama dengan KPK. Kalau perlu killed or to be killed ... berpelukan .." tambah Fadli sambil merentangkan tangan memeluk keduanya, fahri dan Setya. Oh .. so sweet ...
(Lalu, tiba-tiba, di tengah pelukan persahabatan nan manis itu lewatlah suara berbisik tanpa rupa .. mungkin suara malaikat ."Hati-hati .. alamat paketnya harus jelas ya ... biar nggak nyasar ke KPK .." begitu kata si suara ) ... Ups !
Oke, tinggalkan dulu kisah obrolan imaginer yang bisa jadi akan selalu menghantui dan memunculkan aura negative di benak galauers pro-Jokowi itu. Kita kesampingkan juga kisah imaginer serupa lain yang mungkin juga muncul di fikiran para galauers pro-Prabowo. Bagaimana kalau kita ambil positifnya saja, fokus ke kisah persahabatan mereka nan manis atau kembali fokus pada status 'galau' yang kini sedang jadi trending topik di mana-mana.