Mohon tunggu...
Chiavieth Annisa
Chiavieth Annisa Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Kenapa bercerai? "Anna, ini surat cerainya, kamu tinggal tanda tang... Baca selengkapnya di aplikasi KBM App. Klik link di bawah : https://read.kbm.id/book/read/82d6fdcb-4cc0-45a3-988e-fa2598e8401a/b0fefe4b-0f92-4e4a-ac56-0793fcad5fa3

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengantin Bunga Desa

16 Februari 2024   06:41 Diperbarui: 16 Februari 2024   06:51 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku adalah bunga desa yang bersiap-siap menjadi pengantin. Semua persiapan telah dilakukan dengan harapan menuju hari bahagia. Namun, takdir berkata lain, sehari sebelum pernikahan, hidupku berubah menjadi mimpi buruk yang tak terbayangkan.

 

Pagi ini, aku terbangun dengan perasaan aneh seakan ada beban, akan tetapi aku tetap memaksa diri untuk bergerak, sayangnya tubuhku terasa lemas dan berat. 

Ketika membuka mata, pandanganku terhalang oleh kegelapan yang mencekam. Aku merasa lantai rumah ini sangat dingin, padahal sudah dilapisi karpet yang seharusnya hangat dan nyaman seperti biasa.

 

Saat keadaan memburuk, aku memanggil ayah. Namun tak ada jawaban, aku merasa panik, tapi tetap saja diri ini memaksa bergerak sambil berusaha mencari pertolongan.

Sayangnya, setiap kali bergerak, rasanya sangat sakit, seperti ada yang menusuk-nusuk tubuhku. Dan itu membuatku hampir kehilangan kesadaran.

 

Dengan susah payah, akhirnya aku berhasil meraih ponsel yang tergeletak di meja samping tempat tidurku. Meski badan ini gemetar, aku tetap berusaha menghubungi nomor darurat dan menjelaskan situasi saat ini. Meskipun suaraku terdengar lemah, aku hanya berharap, bantuan segera tiba.

 

Meski rasanya seperti menunggu berabad-abad, dengungan sirine mobil yang akhirnya tiba membuatku bernapas lega. Langkah-langkah kaki memasuki rumahku dan mulai melakukan penyelidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun