Mohon tunggu...
Chiara sasikiranadiva
Chiara sasikiranadiva Mohon Tunggu... Notaris - mahasiswa

Menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dunia di Balik Pelangi: Apakah Ini Cinta atau Justru Pemberontakan?

30 Desember 2024   22:19 Diperbarui: 30 Desember 2024   22:19 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://artsandculture.google.com/entity/m078nb?hl=id)

            Normalnya yang kita ketahui bahwa pelangi adalah fenomena alam yang dikenal dengan keindahan visualnya yang muncul setelah hujan, dengan proses terjadinya yang menarik dan kemunculannya pun selalu memikat hati siapapun yang melihat keindahan warnanya. Namun, bagi komunitas LGBT, pelangi tak hanya sekadar fenomena alam, melainkan  simbol perjuangan yang memiliki makna mendalam yakni tentang cinta, keberanian, dan harapan. Di balik warna-warni itu, ada cerita perjuangan yang menginspirasi namun justru juga mengundang perdebatan.

Apakah pelangi ini melambangkan cinta yang tulus, ataukah justru adalah pemberontakan terhadap nilai-nilai norma?


     Fenomena pelaku LGBT atau Lesbi, Gay, Biseksual dan Transgender pada zaman sekarang ini sudah menjadi bahan pembicaran yang paling hangat untuk di bicarakan. LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender. Bahkan di seluruh duniapun LGBT sudah menjadi bahan perbincangan yang menarik dikarenakan dibeberapa tempat disana terdapat penyimpangan sosial ini yang tentunya memiliki dampak buruk bagi para generasi muda.

     Faktanya, Komunitas LGBT telah ada sejak ribuan tahun lalu tetapi dunia baru mulai menyorot keberadaan mereka pada abad ke-20. Salah satu momen penting terjadi pada Kerusuhan Stonewall di New York tahun 1969, dimana komunitas ini melakukan perlawanan terhadap diskriminasi yang telah mereka hadapi

  setiap hari. Kerusuhan ini menjadi titik awal gerakan besar yang mengusung kebebasan dan kesetaraan. Namun, perjalanan ini tidaklah mudah. Seiring berjalannya waktu dukungan yang mereka terima berjalan secara bersamaan dengan kritik tajam. Sebagian orang melihat gerakan LGBT sebagai ancaman terhadap konsep tradisional keluarga, gender, dan moralitas. Di sisi lain, kelompok ini hanya ingin menghapus batasan-batasan usang dan menciptakan dunia yang lebih inklusif.

            Pendukung gerakan LGBT percaya bahwa cinta adalah inti dari semua perjuangan ini. Cinta bagi mereka adalah hak mendasar yang seharusnya bebas dari aturan dan batasan yang di bentuk oleh norma. Mereka yakin bahwa setiap manusia berhak mencintai dan dicintai tanpa harus memandang orientasi seksual. Namun, perjuangan ini tidak selalu diterima dengan tangan terbuka. Sebagian masyarakat memandangnya sebagai ancaman terhadap nilai-nilai yang mereka junjung tinggi. Perdebatan pun tak terhindarkan dan simbol pelangi terus menjadi topik kontroversial.

Apakah ini benar-benar tentang cinta, atau ada sesuatu yang lebih besar di baliknya?

            Di tengah perdebatan ini, komunitas LGBT terus berusaha mencoba mendapatkan pengakuan bahwa mereka setara dengan masyarakat lainnya yang juga layak dihormati dan diterima tanpa adanya diskiminasi. Mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bukan ancaman, melainkan bagian dari keberagaman yang memperkaya kehidupan. Lebih dari sekadar isu politik atau sosial, gerakan ini sebenarnya adalah tentang individu yang berjuang melawan diskriminasi, tekanan, dan kekerasan yang bersembunyi di balik simbol pelangi nya untuk bisa hidup sebagai diri mereka sendiri.

            Secara ilmiah, orientasi seksual merupakan bagian alami dari identitas seseorang yang berupa hasil perpaduan antara genetika, hormon, dan lingkungan, bukan hasil dari pilihan secara sadar. Penelitian menunjukkan bahwa ini adalah bagian dari identitas seseorang. Pada tahun 1973, homoseksualitas resmi dihapus dari daftar gangguan mental, menandai pengakuan bahwa ini adalah bagian alami dari keberagaman manusia. Namun, penerimaan ilmiah ini sering kali bertentangan dengan nilai-nilai tradisional, terutama di masyarakat religius. Perdebatan antara ilmu pengetahuan dan moralitas terus berlangsung, menciptakan tantangan bagi masyarakat untuk menemukan titik temu yang harmonis.

     LGBT juga terjadi di Indonesia dan banyak menimbulkan pertentangan pendapat, ada pihak yang setuju dengan LGBT dan ada juga pihak yang tidak setuju adanya LGBT. Pihak yang setuju dengan adanya LGBT menggunakan Hak Asasi Manusia untuk menguatkan pendapat mereka. Berbagai lembaga survei independen baik dalam dan luar negeri menyebutkan bahwa di Indonesia angka LGBT ada 3% dari total penduduknya. Fenomena LGBT ini terjadi dikarenakan maraknya tren-tren dari Negara liberal yang melegalkan LGBT di negaranya juga memberikan pengakuan dan tempat bagi komunitas LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun