Mohon tunggu...
Chi Erika
Chi Erika Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Runtuhnya Bendungan

13 Februari 2017   18:07 Diperbarui: 13 Februari 2017   18:14 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: mercurynews.com

/

Sebuah erosi yang tak diharapkan telah mengunyah tepian dam

Jebol akibat hujan lebat berhari-hari

Dan itulah analogi kisah-kasih kita selama ini

/

Ucapanmu tentang satu dasawarsa masa laluku

Ungkitkan sejarah yang kelam tentangku

mengontraksi kelenjar air mata

Hingga kutersedu bermalam-malam bagai terpaan salju beku

/

Jika fungsi dam semula diperuntukkan membangkitkan daya kemakmuran kota gempita terapit lembah

Untuk irigasi lahan-lahan hijau pertaniannya: jagung, padi, kedelai, atau gandum barangkali..

Kini menjadi ancaman dengan besaran energi potensial

Hingga retakan terus-menerus bertambah

semakin meringkihkan dan membedah dam

ambrol tak mampu lagi menahan luapan air

air yang melambangkan buncahan emosi menggigilkan diri ini

/

Maka, satu solusinya adalah evakuasi para penduduk

Begitupun, aku lari dari hatimu tanpa ucap salam

bergegas menghindar berjejas

/

M a a f k a n . . .

/

Catatan:

berjejas = binasa, hancur, haus, jebol, punah, rusak

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun