PPM KKN PkM Internasional Angkatan 10 kami di SB Kampung Pandan, Malaysia membawa berbagai pengalaman berharga, terutama dalam minggu pertama kami di sana. Kelompok kami terdiri dari 3 mahasiswa yaitu Chevia Altika Avantie (UM Surakarta), Alita Mudoriwinda Zaetuni (UM Ponorogo) dan Rachmat Hidayatullah W. Pakaya (UM Gorontalo). Fokus utama kami selama periode ini adalah mengajar seni bela diri tradisional Indonesia, Tapak Suci, kepada sekelompok anak-anak di SB Kampung Pandan. Instruktur utama kami, Alita, memberikan panduan yang cermat dan pendekatan yang efektif dalam memperkenalkan keterampilan seni bela diri Tapak Suci ini kepada anak-anak di SB Kampung Pandan.
Pilihan untuk mengajar seni bela diri ini dipandang sebagai cara yang efektif untuk berbagi kebudayaan kami dan memberikan kontribusi positif pada komunitas setempat. Selain itu, ini memberi kami peluang untuk mengasah keterampilan pengajaran dan berinteraksi dengan anak-anak yang mungkin memiliki latar belakang berbeda-beda.
Minggu pertama dimulai dengan semangat tinggi dan antusiasme. Alita, seorang instruktur berpengalaman dalam seni bela diri Tapak Suci, menjadi pemandu dalam mengajar Tapak Suci. Dia memberikan penjelasan mendalam tentang teknik-teknik dasar dan filosofi di balik seni bela diri ini.
Kelas-kelas diawali dengan pemanasan yang energik, menciptakan suasana yang dinamis dan menyenangkan. Anak-anak dengan cepat menangkap instruksi dan menunjukkan antusiasme mereka untuk belajar. Keberhasilan kelas ini dapat diukur dari respons positif anak-anak dan kemajuan yang mereka tunjukkan dalam menguasai gerakan Tapak Suci.
Alita, dibantu oleh Rachmat dan Chevia, tidak hanya seorang instruktur yang mahir dalam seni bela diri, tetapi juga memiliki kemampuan komunikasi yang luar biasa. Dia dapat mentransfer pengetahuannya dengan jelas dan ramah kepada anak-anak, menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh semangat.
Pentingnya menciptakan koneksi emosional dengan anak-anak dalam konteks pengajaran menjadi nyata selama minggu pertama. Anak-anak merespons dengan antusiasme dan keinginan untuk belajar lebih banyak. Kerjasama yang ditunjukkan oleh mereka memberikan kontribusi besar terhadap keberhasilan kelas.
Ketika ditanya mengapa mereka begitu bersemangat, sebagian besar anak-anak menyatakan bahwa mereka menikmati gaya pengajaran yang interaktif dan menyenangkan. Beberapa bahkan menyebutkan rasa bangga mereka karena dapat mempraktikkan keterampilan seni bela diri tradisional Indonesia.
Tentu saja, tidak semua aspek pengajaran berjalan mulus. Kami menghadapi beberapa tantangan, terutama dalam memahami kebutuhan dan preferensi individu setiap anak. Pengelola SB Kampung Pandan, Siti Amina, membantu kami mengatasi tantangan ini dengan memberikan saran yang berharga dalam menyesuaikan pendekatan pengajaran kami.
Selain itu, sedikit perbedaan bahasa menjadi hal yang perlu diatasi. Meskipun sebagian besar anak-anak memiliki pemahaman dasar bahasa Indoneisa, terdapat beberapa kesulitan komunikasi. Namun, ini menjadi peluang bagi kami untuk meningkatkan keterampilan komunikasi lintas budaya kami.
Mengajar Tapak Suci di Malaysia tidak hanya memberi kami pandangan yang mendalam tentang seni bela diri, tetapi juga memperkaya pemahaman kami tentang kebudayaan Malaysia secara keseluruhan. Anak-anak secara alami mengaitkan gerakan-gerakan seni bela diri dengan nilai-nilai dan tradisi lokal, membuka dialog tentang pentingnya melestarikan warisan budaya.
Minggu pertama telah menciptakan hubungan positif antara kami sebagai pengajar dan komunitas lokal. Kami telah diterima dengan hangat, dan kehadiran kami diakui sebagai kontribusi positif. Ini bukan hanya mengenai pengajaran Tapak Suci, tetapi juga tentang pertukaran budaya yang saling menguntungkan.