Mohon tunggu...
Moh Royan
Moh Royan Mohon Tunggu... -

everything u say lah....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Juragan Hamid

19 Juli 2011   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:34 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Meskipun begitu ia masih bisa menganggap aku ada dalam hidupnya, menjadi tumpuan kehidupannya, sandaran ketika dia bersedih. Aku berhasil membuat dia kembali tersenyum setelah lama memendam rasa sedih semenjak ditinggalkan suaminya untuk menjadi TKI ke malaysia dan sampai kini tidak ada kabar ceritanya. Sampai akhirnya aku menyelamatkan dirinya dari kesedihan yang dipendam dalam hatinya.

Sebagai orang yang berkecukupan sudah menjadi kewajiban untuk menolong termasuk gadis cantik yang menjadi janda dengan anak laki-laki yang entah yatim atau bukan. Apakah salah membantu orang miskin sepertinya, mencukupi semua kebutuhannya; sandang, pangan dan papan termasuk kebutuhan jasmani dan rohaninya. Aku hanya ingin dia mengurusku, mengurus semua kebutuhan yang aku butuhkan termasuk kebutuhanku diatas ranjang.

Ranjang merah muda itu sengaja aku belikan untuknya, untuk melepaskan semua lelah dan letih setelah melayaniku sebagai seorang istri beserta keempat istriku yang lainnya. Ranjang yang membuatku merasa muda kembali setiap kali ada diatasnya. Ranjang merah muda itu menjadi saksi betapa sayang dan cintanya aku kepada gadis penambah umurku.

Kecemburuan mulai tampak di keempat isteri tuaku, karena hampir enambulan aku tidak menggilir gadis itu, aku menjadi keempat isteriku sebagai selir yang aku panggil ketika aku butuh sesuatu. Sering terdengar sayup umpatan dari mulut mereka tentang gadis mudaku. Mereka tidak rela jika ragaku harus selalu berada disampingnya tanpa sedikitpun berbagi dengan mereka. Sumi, Siti, Inah, Ratih, Jani dan Murni menjadi wanita kesepian dalam sangkar emasnya, bukan aku sudah bosan dengan mereka, tapi keranuman gadis mudaku membuatku lupa dengan mereka yang sudah bertahun-tahun menemani tidurku. Meskipun begitu, semua kebutuhan sandang, pangan dan papannya selalu kucukupi.

Aku tidak dikaruniai anak dari keempat isteriku, untuk itulah aku menjadikan anak laki-lakinya sebagai penerus dinastiku “Hamid” itulah namaku dan dibelakang nama anak itu harus dinamai Hamid Sukron Bin Hamid. Semua orang mungkin menganggapku tidak punya rasa belas kasihan karena dengan begitu tega menikahi wanita yang masih belum bisa disebut sebagai janda. Tapi aku acuhkan mereka karena rasa iba dan harapanku untuk mempunyai keturunan sebagai penerusku kelak.

Kau memang bukan janda tapi pantas disebut janda karena sudah terlalu lama tidak merasakan kehangatan dari seorang pria terlebih dari suamimu sendiri tak bisa dibayangkan betapa menggunung gairah dalam birahimu. Namun bagiku, kau adalah gadis gadis mudaku yang dengan gairah menggunuh dalam birahimu mampu memperpanjang usiaku. Kau adalah palung yang selama ini kucari dalam setiap samudera cinta yang aku selami bersama lima lautan cinta lainnya.

Namaku Hamid dan orang biasa memanggilku Juragan Hamid. Aku mempunyai enam isteri dan isteri terakhirku adalah adalah janda muda yang mempunyai anak laki-laki yang nantinya akan menjadi penerusku. Bukan niatan mempunyai banyak isteri seperti ini, semua itu aku lakukan semata karena rasa ibaku. Hampir setiap tahun ada saja keluarga yang datang membawa anak gadisnya untuk dikawinkan denganku, karena mereka tidak sanggup melihat anak gadisnya menderita seperti mereka. Sampai kini aku sudah mempunyai lima isteri hampir semuanya kunikahi sebagai gadis ditambah satu gadis manis, gadis muda dengan satu anak laki-laki.

Namaku Hamid orang-orang biasa memanggilku juragan hamid. Aku sudah mempunyai lima isteri dengan satu gadis mudaku yang mempunyai anak laki-laki yang sekarang jadi anakku. Aku tidak mencintai semua isteriku karena aku hanya ingin membantunya, itu saja.(warbun; Selasa, 12 Juli 2011)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun