Mohon tunggu...
Chesya Aprillia
Chesya Aprillia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tertarik dengan sejarah Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perayaan Arak-Arakan Kebo Bule Pada Malam Satu Suro di Solo

5 Juni 2023   00:10 Diperbarui: 5 Juni 2023   00:20 710
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar 1.1. Kirab Kebo Bule 

Sumber : Ginda Ferachtriawan

Solo atau Surakarta adalah kota yang masih kental dengan budaya dan tradisinya. Keraton yang paling tua di Indonesia yang masih memiliki pengaruh besar pada sejumlah masyarakat dan masih lengkap dengan tata cara kehidupan keratonnya adalah Keraton Kasunanan Surakarta. Di antara contohnya adalah kegiatan Kirab atau Arak-Arakan Kebo Bule pada Malam Satu Suro di Keraton Kasunanan Surakarta. Malam satu suro merupakan bulan pertama di kalender Jawa, biasanya orang-orang menganggap malam satu suro sebagai malam sakral atau keramat. Di Keraton Kasunanan Surakarta itu sendiri, biasanya merayakan malam satu suro dengan iring-iringan atau kirab benda pusaka dan kebo bule. Kebo Bule atau Kerbau Bule adalah kerbau jenis albino yang dinamai dengan Kebo Bule Kyai Slamet. Kebo bule tersebut ditugaskan sebagai cucuk lampah memimpin di barisan paling depan.

1-suro-pakaian-647cbf3708a8b57627770cd6.jpeg
1-suro-pakaian-647cbf3708a8b57627770cd6.jpeg

Gambar 1.2. Setelan Pakaian

Sumber : Ika Rizki Hapsari

Untuk pakaian, mereka diharuskan untuk mengenakan pakaian adat Jawa. Bagi pria mengenakan pakaian beskap berwarna hitam, topi blangkon, dan jarik. Lalu bagi yang putri atau perempuan, menggunakan pakaian kebaya berwarna hitam, jarik, dan sanggulan. Namun, bagi wanita tidak diperbolehkan untuk mengenakan kebaya berbahan beludru. Serta harus memperhatikan motif kain jarik, karena ada beberapa ketentuan motif kain batik yang tidak diperbolehkan untuk dikenakan di lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta, misalnya motif batik parang. Kemudian, bagian yang terpenting adalah  peserta diwajibkan untuk memakai samir. Samir merupakan salah satu syarat kelengkapan berpakaian bagi abdi dalem keraton yang berwarna kuning dan berbentuk seperti selempang kecil yang biasanya digunakan di leher. Di Keraton Kasunanan Surakarta, samir yang sedang digunakan abdi dalem merupakan sebuah penanda bahwa mereka sedang menjalankan tugas dan samir digunakan sebagai izin masuk ke keraton. Sumpingan Gajah Oling atau rangkaian dari bunga jenis melati juga wajib dipakai di telinga oleh mereka yang sedang ditugaskan untuk membawa benda pusaka. Obor pawai dan lentera pijar dibawa oleh peserta yang tidak ditugaskan membawa benda pusaka untuk memberi penerangan bagi rombongan arak-arakan.

1-suro-647cbf6c08a8b5282719db02.jpeg
1-suro-647cbf6c08a8b5282719db02.jpeg

Gambar 1.3. Barisan Arak-Arakan

Sumber : Ika Rizki Hapsari

Perayaan kirab atau arak-arakan Kerbau Bule pada malam 1 suro diawali dengan baris di depan area Keraton Kasunanan Surakarta. Urutan barisan tersebut diawali dengan beberapa Kebo Bule yang mengiringi pusaka, kemudian dilanjutkan oleh barisan khusus keluarga keraton, setelah itu disambung oleh abdi dalem keraton, dan yang terakhir yaitu barisan pangombyong pusaka. Barisan pangombyong pusaka tersebut dibagi sesuai dengan jumlah pusaka yang telah dijamasi (pusaka yang telah dicuci atau disucikan). Semisal jenis pusaka yang dijamasi ada 6, maka jumlah pangombyong pusaka juga ada 6. Barisan tersebut menunggu perintah atau titah dari raja untuk berjalan memulai acara arak-arakan, biasanya barisan tersebut mulai berjalan pada saat jam 12 malam tepat. Untuk rute nya sendiri melintasi jalur sejauh 7 Km, yaitu melewati rute dari Keraton Kasunanan Surakarta - Jalan Supit Urang - Jalan Pakoe Boewono - Jalan Jendral Sudirman - Jalan Mayor Kusmanto - Jalan Kapten Mulyadi - Jalan Veteran - Jalan Yos Sudarso - Jalan Brigjend Slamet Riyadi - lalu melewati Jalan Pakoe Boewono - dan berhenti lagi di Keraton Kasunanan Surakarta. Pada saat prosesi kirab atau arak-arakan, peserta diharuskan untuk topo bisu (puasa berbicara). Tujuannya adalah untuk merenungkan perbuatan mereka dan introspeksi diri. Untuk menghormati peserta arak-arakan tersebut, masyarakat yang ikut hadir juga turut hening dan tidak bersuara.

Selama perjalanan kirab, ada kebiasaan unik yang dilakukan masyarakat sekitar. Mereka banyak yang melakukan ngalap berkah atau mencari berkah dengan rebutan kotoran Kebo Bule yang berjatuhan, karena mereka meyakini bahwa Kebo Bule merupakan hewan yang istimewa dan mendatangkan keberkahan. Tidak hanya kotoran Kebo Bule, mereka bahkan berebut menyan pusaka, bunga yang berjatuhan dari kalung Kebo Bule, sesajen, sisa makanan seperti pisang, tembakau, dan sisa air bekas kirab pusaka. Warga setempat sangat berantusias dalam memeriahkan dan mengikuti perayaan ini dengan khidmat.

Banyak pro dan kontra terhadap peristiwa ngalap berkah ini bagi sebagian masyarakat. Mereka yang kontra terhadap peristiwa ini, menganggap bahwa kegiatan ngalap berkah itu tidak relevan dengan ajaran yang telah diajarkan di agama Islam itu sendiri. Namun, sikap toleransi perlu kita kembangkan untuk melestarikan tradisi kebudayaan agar eksistensi budaya keraton tetap dikenal oleh masyarakat luar. Untuk menguatkan agar eksistensi tradisi ini tetap berjalan di tengah perkembangan dunia, perlu kesadaran dari masyarakat itu sendiri untuk menjaga tradisi. Tanpa partisipasi masyarakat tentu rencana itu tidak akan berjalan dengan baik.

“Jangan jadi Wong Jowo Sing ilang Jowone. Terutama anak zaman sekarang ya, jangan sampai jati diri nya sebagai orang Jawa hilang. Orang Jawa yang terkenal dengan uggah-ungguhnya, paham budaya nya, dan paham bahasa nya. Karena kalau sudah paham ‘Jowone’, pasti bakal paham sejarah, budaya, tradisi, dan unggah-ungguh. Karena Jawa tidak hanya pulau, tetapi kehidupan itu sendiri” (Ika Rizki Hapsari, wawancara pada 28 November 2022, melalui Direct Message Twitter).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun