Pelestarian warisan budaya dan alam merupakan salah satu perihal yang perlu difokuskan terhadap generasi muda, untuk mengenal seni, tradisi, dan alam bagi generasi muda tidaklah mudah, hal ini memerlukan inovasi untuk menyesuaikan dengan kemajuan zaman. Dalam era society 5.0 yang serba cepat Masyarakat dapat menyelesaikan tantangan dan permasalahan dengan memanfaatkan segala inovasi dalam teknologi, hal ini dapat diimplementasikan pada upaya Pembangunan Berkelanjutan 11.4 (Sustainable Development Goals/SDGs), pada indikator ini menggaris bawahi pentingnya melindungi dan menjaga warisan budaya serta alam sebagai bagian integral dari pembangunan perkotaan yang inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan. Dengan menerapkan upaya ini kita bukan hanya bisa melestarikan kebudayaan dan alam dari generasi sebelumnya, namun kita juga dapat menjaga kebudayaan dan alam kita untuk generasi selanjutnya.
Society 5.0 merupakan gagasan tentang masyarakat masa depan yang menggabungkan kemajuan teknologi dengan kebutuhan manusia. Singkatnya metode ini mungkin dapat memanfaatkan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan big data untuk menghasilkan solusi yang efisien dan berkelanjutan untuk melestarikan warisan alam dan budaya. Bagaimana? Terlihat menarik bukan? Seperti ini contohnya, bayangkan bagaimana jika pemetaan situs budaya dengan sensor atau drone dapat dilakukan secara lebih efisien untuk memantau perubahan lingkungan di kawasan konservasi, hal ini membuktikan bahwa teknologi ini dapat membuat pelestarian lebih terarah dan mendorong lebih banyak pihak untuk terlibat aktif.
Pada Indonesia sendiri implementasi SDGs 11.4 telah mulai di adaptasi dengan inovasi Society 5.0. sebagai contohnya diIndonesia telah memiliki aplikasi dan platform digital yang seperti Google Arts and Cultures yang telah menjalin kerja sama dengan berbagai museum bersejarah, hal ini bertujuan untuk mendokumentasikan dan mempromosikan warisan lokal doi kanca internasional. Selain itu di Indonesia juga sudah mulai menggunakan teknologi virtual dan reality (VR) untuk memungkinkan Masyarakat menikmati warisan budaya alam Indonesia tanpa harus hadir langsung ke tempat. Nah, upaya ini juga dapat melindungi budaya dan alam dari dampak over tourism tetapi juga kita masi tetap dapat meningkatkan kesadaran Masyarakat tentang pentingnya pelestarian kebuadayaan dan alam.
Teknologi Society 5.0 ini pun sangat penting untuk diterapkan pada manajemen kawasan konservasi dalam hal pelestarian warisan alam. Contohnya kita dapat menerapkannya pada, penggunaan Internet of Things untuk memantau kondisi lingkungan Taman Nasional Komodo dapat membantu mencegah kerusakan ekosistem lebih awal. Perubahan suhu, kualitas air, dan populasi spesies dapat dideteksi oleh sensor lingkungan, yang memungkinkan pencegahan lebih cepat. Selain itu, platform berbasis kecerdasan buatan dapat digunakan untuk menganalisis data konservasi dan memberikan saran strategis kepada pengelola wilayah.
Namun dari penerapan ini tentunya pada realita kita masih memiliki tantangan dalam mengimplementasikannya seperti keterbatasan infrastruktur teknologi di beberapa daerah dan rendahnya literasi digital di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kolaborasi lintas sektor sangat dibutuhkan. Pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal harus bekerja sama untuk memastikan akses yang merata terhadap teknologi, sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya pelestarian warisan.
Kolaborasi antara SDGs 11.4 dan Society 5.0 menawarkan paradigma baru dalam pelestarian warisan. Dengan mengintegrasikan teknologi  dan nilai-nilai lokal, kita dapat melindungi warisan ini untuk masa depan yang lebih berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya menjaga kekayaan budaya dan keanekaragaman hayati, tetapi juga menciptakan masyarakat yang lebih tangguh, inklusif, dan inovatif dalam menghadapi tantangan global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H