Mohon tunggu...
Chescko Chastilo
Chescko Chastilo Mohon Tunggu... Buruh - Pencinta puisi, suka membuat puisi.

Sebuah syair telah kutuliskan, kata telah kurangkaikan. Bila dirimu mencari Aku. Temukan puisi itu. Aku ada dalam Bahasa kiasan itu...☕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nakal yang Menjadi Berakal

2 Juni 2021   18:11 Diperbarui: 12 Juni 2021   00:03 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Murid legend tu seperti ini"

Saya pernah melewati masa masa remaja mencari jati diri sewaktu duduk di bangku (SMA) putih abu.

Jati diri yang saya maksud disini yaitu ingin mengetahui seberapa tenar nama saya di telinga guru guru.
Saya ingat betul sewaktu SMA kami mempunyai kelompok geng tersendiri. Kelompok geng kecil kami ini tidak mempunyai nama, dan anggotanya tidak tetap, terkadang kami banyak kadang pula hanya hitungan jari saja dan semuanya ganteng ganteng tapi tidak serigala.  kami tersebar di setiap kelas dan mempunyai jurusan yang sama yaitu  Ilmu Pengetahuan Sosial

Banyak dari siswa yang lain beranggapan kami adalah anak anak yang nakal dan malas ada pula yang memberi kepanjangan dari IPS menjadi Ikut Perintah Setan, kami tidak tersinggung dan merasa itu adalah lucu, sebab kami cuma tau datang, istrahat, dan pulang...

Ada sebuah kejadian sewaktu kegiatan belajar mengajar dihentikan sementara dengan alasan Guru guru, Kepala sekolah dan Ketua Yayasan sedang mengadakan Rapat Tahunan. ini adalah kesempatan emas bagi geng kami yang semuanya laki laki, pada waktu yang sangat lengah kami bermain bola di bawah terik matahari yang sangat panas, baju sekolah yang putih bersih menjadi kotor seperti oli motor, kami tidak peduli. Apalagi saya yang suka berlari lari sepanjang pertandingan sepakbola itu.
Maklum cari perhatian juga dengan gadis gadis remaja ciah...

Tiba tiba saja bola mengenai pintu ruangan, disaat rapat sedang berlangsung, kami semua tercengang dan melemparkan pertanyaan satu sama lain "bagaimana sudah ini" "tadi sapa yang tendang bola tu...! kita kena pukul sudah terdengar suara dari belakangku, dengan sedikit sikap kesatria saya mencoba merendam pertanyaan mereka semua, " tenang aman saja" " sante na ma'e demo " . kataku menguatkan mereka .

Sungguh  keajaiban yang membosankan tidak perlu waktu lama tiba tiba pak Ferdy dan kepala sekolah keluar dan menyuruh semua murid murid berkumpul di depan kantor sekolah, kami yang merasa bersalah mulai cemas dalam hatiku berbisik " mati sudah saya ni" . Benar saja, dengar mikrofon ditangan dan speaker toa yang besar menanyakan " siapa yang main bola kaki tadi" tanya Kepala Sekolah, semua terdiam hanya terdengar bisikan dari belakang " mereka anak laki - laki IPS  tu pak". mendengar itu kepala sekolah langsung bertanya yang kedua kalinya " siapa siapa anak laki - laki  IPS yang main bola tadi "...? . Dengan jiwa kesatria kami semua maju dan menghadap kearah depan kepala sekolah yang berdiri dengan wajah yang sangat emosional, "oh ternyata kalian ee, manusia paling kaco" terdengar suara dari dalam ruangan. Saya tertunduk dan terdiam " kamu semua berlutut" suara keras dari mulut kepala sekolah, akhirnya kamipun mengikuti kehendaknya dan seluruh siswa melihat kami dengan tertawa sinis ada pula yang kasihan...

Bagi saya itu biasa saja, anak laki harus bagitu, ups, hehee...
Dari kejadian itu sangat memotivasi saya untuk terus belajar dan membuat kecintaan saya pada buku dan suka membaca, ingin buktikan bila suatu saat nanti anak yang dianggap nakal akan berakal dan pandai merangkai kata-kata menjadi bermakna untuk kehidupan pribadinya dan banyak orang...

Bahagianya ketika lutut lutut menjadi lecet dan luka saat bertapa di depan tiang bendera, dan Kepala sekolah bagaikan Dewa saja membiarkan cobaan terhadap anaknya yang tidak taat aturan

Termasuk saya orang yang paling setia berdoa di depan tiang bendera...

Sedikit cerita tentang waktu itu di bangku SMA...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun