Mohon tunggu...
Cheryl Clorinda Santoso
Cheryl Clorinda Santoso Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

Selamat datang!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat FOMO Kafe Baru: Ujung-ujungnya Sepi

20 Januari 2025   23:10 Diperbarui: 20 Januari 2025   23:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kata FOMO (Fear Of Missing Out) sudah tidak lagi asing di masyarakat, ketakutan akan tertinggal suatu hal. Banyak sekali orang terutama kalangan anak muda yang sangat bergantung terhadap sosial media seperti TikTok, Instagram, X, dan aplikasi lainnya untuk kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah menentukan tempat makanan. Zaman sekarang, tentu yang pertama kita lakukan sebelum mencoba tempat makan yang baru adalah melihat ulasan orang-orang di TikTok. Apakah tempat makannya nyaman, apakah tempat ini makanannya instagrammable, dan masih banyak kriteria lainnya. 

Fenomena FOMO semakin terlihat belakangan ini, netizen berlomba-lomba untuk menjadi orang pertama yang mencari dan mencicipi tempat makan baru yang tentunya aesthetic dan Instagrammable agar mereka tidak merasa ketinggalan, Dengan begini mereka akan mendapatkan rasa puas dan tidak lagi merasa cemas karena ketinggalan sesuatu yang sedang trending. Hal ini mendorong para pengusaha dalam bisnis kuliner untuk terus mengikuti perkembangan tren agar tempat makan mereka tidak tertinggal dan dapat memenuhi ekspektasi konsumen zaman sekarang. Selain itu, fenomena ini merupakan hal yang bersifat sementara. Tempat makan yang baru buka akan menjadi viral dan ramai untuk beberapa waktu pertama, namun setelah itu, mungkin tempat itu akan kehilangan popularitas bahkan harus gulung tikar. Siklus ini akan terus menerus terjadi seiring berjalannya waktu dan semakin banyak tempat makan baru. 

Walaupun hal ini merupakan sesuatu yang dapat membawa dampak positif terhadap pengusaha-pengusaha baru, ada juga dampak negatif yang dialami. Banyak tempat makan yang harus tutup karena tidak bisa ikut bersaing dengan pendatang baru dan juga susahnya menemukan tempat makan yang mempunyai rasa yang enak dan autentik. Hal ini terjadi karena sudah sedikit tempat makan yang memikirkan tentang efek jangka panjang, ketimbang mempertahankan kualitas dan rasa dari makanan itu sendiri, mereka lebih mementingkan interior dan suasana dari tempat itu sendiri. 

Masyarakat terutama kalangan muda bergantung dengan sosial media terutama dalam hal memilih makanan. Dengan ini, masyarakat mulai mempunyai Fear Of Missing Out atau ketakutan jika tertinggal sebuah tren terutama dalam mencicipi tempat makan baru. Hal ini memengaruhi para pengusaha kuliner untuk mengikuti tren, namun mereka seringkali mengabaikan kualitas dari makanan itu sendiri sehingga efek jangka panjangnya tidak sebaik pada awal mula tempat itu buka. Banyak tempat makan yang harus tutup akibat munculnya pesaing baru. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun