Mohon tunggu...
Maschun Sofwan
Maschun Sofwan Mohon Tunggu... Penulis - Blog : Aleniasenja.com | IG : @maschunsofwan | Youtube : Maschun Sofwan

Jejak Rindu Di Telaga Nurani

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pria Penenun Malam

29 April 2018   14:40 Diperbarui: 29 April 2018   14:49 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku terbiasa dengan angin malam, walaupun sering masuk angin, dan kata orang sich begadang itu berbahaya bagi kesehatan. Tapi aku masih saja bandel tak mau dengar omongan mereka. Ya paham sich dengan hal tersebut, tapi kalau aku tak bisa tidur, lalu bagaimana?, masa setiap malam harus minum obat tidur, yang ada bukannya sehat, malahan bisa "Is dead" kata orang jawa bilang.

Ya aku sich pengen seperti kalian, yang bisa tidur dengan nyaman di tempat tidur yang empuk, ruang kamar yang nyaman sehingga bisa bangun pagi dengan segar dan berangkat beraktivitas dengan semangat. Tapi saat ini aku belum mampu seperti itu, bukannya sombong ya, memang keadaanku saat ini belum menggapai batas itu untuk hidup layak seperti kalian.

Jika aku lebih menyukai malam bukan pula aku membenci siang, hanya saja aku tak memiliki kegiatan lain di siang hari, aku ini masih pengangguran kelas berat yang hanya mengandalkan rejeki di waktu malam datang, ya wajar saja aku lebih menyukai malam ketimbang siang, pahamkan maksudku!.

Aku juga tak mencari rejeki dengan cara yang haram kok cuy, walaupun aku tak mengerti haram dan halalnya, tapi paling tidak aku mengerti jika apa yang aku kerjakan ini dapat memberiku keberkahan dalam hidup ini.

Ya Apapun itu, sudahlah!. Saat semua berlalu, malam pun kiang larut, aku masih terjaga dan selalu mengandalkan kecerdikan jemariku untuk menari indah diatas tombol huruf keyboard notebook untuk menuliskan apa yang aku pikirkan dan apa yang inginkan tersampaikan lewat karyaku ini.

Tak banyak yang aku harapkan dari apa yang telah aku habiskan bersama malam-malam dalam hidupku ini dengan coretan murahan ini. yang jelas, jika aku menuliskan ini untuk sekedar menyampaikan keresahan hati tentang siang yang kadang sulit untuk diartikan dalam akal sehatku, maka malamlah yang menjadi jawabannya.

Alhasil, aku menemukan apa yang seharusnya aku dapatkan. Seperti malam yang selalu memberiku tempat tersendiri untuk bisa menuangkan anugerah Tuhanku melalui tulisan yang dapat aku sampaikan kepada mereka yang mungkin tak bisa hidup selayaknya hidup di dunia ini. Bukan seperti aku, tapi seperti apa yang aku rasakan saat ini.

Aku bagian dari mereka yang selalu berlomba untuk mencari sesuap nasi demi bertahan hidup dalam cerdiknya waktu mengatur tempat dimana rejeki itu berada. Entah siang, dan malam selalu memberi tempat yang berbeda kepada setiap insan yang ada di hamparan kerasnya dunia ini.

Bukan salah nasib atau pun salah kaprah dalam menjalani hidup, namun memang sudah menjadi pusat dari kewajaran sejatinya takdir yang telah tergariskan semenjak suara adzan terdengung diteliga waktu kecil dulu.

Tuhan tak pernah salah, orang tua pun sama seperti itu, hanya saja kadang aku belum mengerti dan belum sampai ilmunya untuk bisa mengerti tentang keadaan hidup yang semakin hari membuatku semakin terdampar dalam keperihan waktu.

Aku harap kau tak sepertiku dan mengikutiku, hanya berkawan malam untuk berkata, berteman malam untuk bercerita. Itu sulit bagimu, lebih baik kau berkawan dengan siang saja, karena banyak hal yang dapat kau katakan, dapatkan dan miliki jika kau tak terbuai dalam kehancuran waktu dirimu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun